Jumat, 14 Maret 2014

Punglor Kayu

Punglor Kayu,
: Eyebrowed Thrush
: (Turdus obscurus)

by: © Alex Vargas
Punglor Kayu, Eyebrowed Thrush (Turdus obscurus) atau kadang disebut Punglor Kuning, adalah salah satu burung Punglor (Anis) dari genus Turdus. Burung ini kadang disebut sebagai Punglor Kening. Apapun namanya, burung ini masih jenis Punglor dari genus Turdus, dan masih berkerabat dari jenis punglor lainnya yang ber-genus Zoothera.

Punglor Kuning, tidaklah sepopuler kerabat punglor lainnya, seperti Punglor Merah, Kembang, Macan, Cendana dll. Bagi sebagian penggemar burung kicauan, burung ini termasuk "susah bunyi" dan kurang greget untuk dikonteskan. Tapi walaupun begitu, bukan berarti burung ini tidak menarik untuk dipelihara. Burung ini juga mampu berkicau menarik dengan ciri khas tersendiri. Walau kicauan khasnya tidak bisa sehalus kerabatnya dari genus Zoothera, agak kasar dengan suara "crrr chek chek" dikombinasi dengan sempritan pendek dan desah panjang, kadang bisa ngerol juga, tergantung kemampuan si burung merekam suara di sekitarnya.

File:Eyebrowed Thrush.jpg
source: http://en.wikipedia.org
Klasifikasi:
Class: Aves
Order: Passeriformes
Family: Turdidae
Genus: Turdus
Species: Turdus obscurus, Gmelin, 1978

Punglor Kayu, memiliki semacam alis di atas matanya, karena itulah dia diberinama Eyebrowed Thrush, dengan ciri, coklat kekuningan. Jantan dan betina hampir tidak bisa dibedakan, karena memiliki pemampilan yang nyaris serupa. Mugkin dari penampilan sorot mata yang tajam dari sang jantan baru bisa kita membedakannya.

Burung ini masih banyak beredar di pasar-pasar burung Indonesia, dengan kisaran harga Rp. 100.000 hingga Rp. 150.000. Harga yang tidak mahal, mengingat burung ini kurang diminati para penggemar burung. Tapi dengan perawatan yang rutin dan sabar, bisa jadi burung ini bisa dipoles menjadi burung yang tidak kalah dengan kerabat punglor lainnya.

Punglor Kayu, sebenarnya berasal dari Siberia, hidup dan berkembang biak di hutan pinus yang lebat. Pada musin dingin di Siberia, burung-burung ini bermigrasi dalam kelompok-kelompok kecil ke daerah hangat ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Gerakan migrasi burung ini, tercatat pernah sampai Australia.
Bersarang dan bertelur di pohon, meletakkan 4-6 telur dalam sarang yang terbuat rapi. Punglor Kayu biasanya mencari makan di atas tanah yang lembab, mencari berbagai jenis serangga, cacing tanah dan biji-bijian. Burung jantan bersiul (berkicau) dengan lagu yang yang sederhana, mirip dengan Mistle Thrush.

Senin, 10 Maret 2014

Anis Hutan (Sunda Thrush)

Sunda Thrush
(Zoothera andromedae)
Sunda Thrush (Zoothera andromedae), burung ini adalah burung asli Indonesia, tersebar di Sumatra (Bengkulu, pulau Enggano), Jawa Barat, Bali, Lombok, Malaysia dan Filipina.
Burung memiliki nama inggris Sunda Thrush, kalau diartikan apa jadi Punglor Sunda ? atau Anis Sunda ? tentu nama ini asing kedengarannya. Sedangkan di daerah Jawa Barat sendiri, terutama yang tinggal di sekitar kaki gunung Gede, burung ini sering disebut sebagai Anis Hutan.

Sunda Thrush (Zoothera andromedae) merupakan salah satu dari sekian banyak jenis Punglor (Anis), yang ada di Indonesia dan salah satu dari 39 spesies Zoothera yang ada di dunia.
Dilihat dari postur tubuh, burung ini lebih mendekati bentuk Punglor Sisik (Zoothera dauma/ Common Scaly Thrush) yang berasal dari pulau Sumatra (Sumatra Utara).
Corak tubuh juga memiliki sisik yang mirip dengan Punglor Sisik, hanya saja corak sisiknya tidak sebanyak Punglor Sisik.

Sunda Thrush, hidup atau berhabitat di hutan dataran rendah lembab subtropis atau tropis dan juga terdapat di hutan pegunungan lembab subtropis atau tropis.
Suka mencari makanan di atas permukaan tanah, mencari cacing dan serangga kecil di bawah lapisan tanah paling atas. Buah-buahan hutan juga menjadi pakan alternatif bagi burung ini, apabila cacing dan serangga tidak ditemukan.

Kemampuan berkicaunya, menurut beberapa referensi dikatakan burung ini juga memiliki kicauan yang lumayan merdu, dengan nada sedikit berdesah, tapi bisa mengalun panjang. Tapi karena karena termasuk burung yang mudah stress, agak susah untuk membuat burung ini berkicau. Adaptasi yang susah dengan tempat barunya, sehingga memerlukan waktu yang lumayan lama untuk melatih burung ini berkicau.


Related

Punglor Macan

Punglor Macan
(Zoothera dohertyi)

Punglor Macan (Chesnut-backed Thrush), adalah salah satu dari keluarga Punglor (Anis) yang ada di Indonesia, yang memiliki nama ilmiah Zoothera dohertyi, dari namanya masih satu genus dengan keluarga Punglor lainnya seperti Punglor Kembang (Zoothera interpres) dan Punglor Merah (Zoothera citrina). Sama seperti kerabat punglor lainnya, Punglor Macan juga pintar berkicau dan menyenandungkan kicauan yang lembut dan merdu.

Penyebaran Punglor Macan menurut beberapa referensi dikatakan tersebar di Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba dan Timor. Kadang Punglor Macan disebut juga sebagai Punglor Ampenan, dikarenakan pasokan burung Punglor Macan di pulau Jawa dan Sumatra banyak berasal dari daerah Ampenan.

Kemiripan postur tubuh Punglor Macan yang sekilas mirip dengan Punglor Kembang, sehingga banyak orang sedikit bingung membedakan antara Punglor Macan dengan Punglor Kembang. Perbedaan utama terlihat dari ukuran tubuh. Punglor Macan berukuran lebih besar dari Punglor Kembang. Pada bagian kepala Punglor Macan juga didominasi dengan warna hitam, sedangkan bagian kepala Punglor Kembang berwarna coklat. Karena kemiripan ini kadang-kadang para penjual burung menyebut Punglor Macan sebagai Punglor Kembang Ampenan.

Punglor Macan adalah monotypic species, yang berarti tidak memiliki varian (subspecies). Populasi Punglor Macan saat ini di beberapa wilayah seperti di Lombok mengalami penurunan drastis, akibat perburuan liar terhadap burung ini. Untungnya saat ini penangkaran terhadap burung ini semakin banyak ditekuni oleh para penggemar dan pecinta burung di Indonesia, sehingga kita tidak terlalu kuatir tentang masa depan burung ini.

Burung ini di habitatnya berada di hutan basah, terutama yang berada dekat sumber air. Kebiasaan hidup suka mengais-ngais tanah untuk mencari sumber makanan, seperti cacing, ulat tanah dan serangga-serangga kecil yang berada di tanah yang lembab. Selain itu beberapa jenis buah-buahan juga kadang disantap oleh burung ini.

Perawatan:
Apabila di pelihara dalam sangkar, Punglor Macan bisa menerima pakan buatan (voer), jangkrik ukuran sedang, kroto dan buah-buahan seperti pisang, apel dan pepaya. Tapi makanan favoritnya adalah cacing yang berukuran sedang dan kecil.
Mandi di pagi hari, sangat baik untuk memacu burung ini agar cepat dan rajin berbunyi. Pada awal pemeliharaan burung ini, sebaiknya ditempatkan di tempat yang tenang, seperti di samping dan belakang rumah. Biarkan burung terbiasa dengan suasana barunya, dan biasanya setelah burung beradaptasi dengan tempat barunya, akan mulai ngriwik (belajar mengeluarkan kicauan secara perlahan).
Menurut beberapa penggemar burung kicauan, bahwa burung Punglor Macan adalah burung yang kurang memiliki sifat tarung (fighter), sehingga kurang maksimal ketika digantang di kontes lomba burung. Tapi dengan perawatan rutin dan sabar, tentunya burung ini pasti bisa menjadi burung yang handal.

Minggu, 09 Maret 2014

Branjangan

Branjangan
(Mirafra javanica)


source: wikipedia
Branjangan, salah satu burung bertubuh kecil yang mempunyai kemampuan luar biasa. Branjangan memiliki nama species Mirafra javanica, dengan nama inggris sebagai Australasian bushlark. Branjangan termasuk ke dalam family Alaudidae, yang menyenangi habitat padang rumput.
Branjangan termasuk burung yang memiliki beberapa keunikan. Walaupun burung ini bisa terbang, tapi dia lebih senang berjalan di atas tanah, selain itu caranya terbang juga unik, berbeda seperti burung lainnya, yaitu lebih sering terbang secara vertical (langsung melesat tegak lurus ke atas).

Penyebaran burung ini hampir di seluruh dunia, Amerika, Afrika, Asia, Australia dan kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Burung branjangan pada umumnya memiliki warna dasar kecoklatan dengan garis-garis abu-abu dan variasi bintik-bintik. Kuku bagian belakang terlihat panjang.
Branjangan jantan, biasanya terlihat apabila diperhatikan dari depan, bentuk kepala lebih besar dan lebar, serta cara berdirinya juga lebih tegak.
Ciri khas lainnya, pada saat birahi atau kalau sedang berkicau maka rambut pada bagian atas kepalanya akan berdiri tegak, sehingga terlihat lebih gagah.

Kemampuan berkicau dan pandai meniru suara-suara di sekelilingnya, menjadikan burung ini menjadi incaran utama para penggemar burung. Sehingga dikuatirkan mengancam kehidupan Branjangan di habitatnya. Selain itu belum banyak yang berhasil untuk menangkarkan burung ini. Perburuan liar terhadap burung Branjangan ini masih tetap berlangsung, terutama di pulau Jawa, sehingga populasi burung ini menurun drastis.

Branjangan terdiri dari 21 genus, 96 spesies, dan 407 subspecies.  Saat ini 9 species berada dalam daftar terancam punah.

Di Indonesia sendiri juga menjadi penyebaran populasi Branjangan, pada umumnya dari species Mirafra javanica, yang memiliki beberapa subspecies yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.


Gallery


Related
http://ibc.lynxeds.com/
http://id.wikipedia.org/