Senin, 31 Desember 2012

Hwa Mei

Burung Hwa Mei, yang pada beberapa tahun yang lalu merupakan burung yang disukai para penggemar burung di Indonesia, bahkan Malaysia, Thailand dan Singapur. Burung ini termasuk salah satu burung "dahsyat", yang memiliki suara yang "menggelegar" dan memekakkan telinga. Selain itu burung Hwa Mei ini juga memiliki banyak variasi suara dengan lantunan dan pengulangan yang panjang, yang menurut istilah penggemar burung sebagai "ngerol". Sedangkan suara pemanggil berupa suara sempritan panjang yang khas.

Tapi pada beberapa tahun terakhir ini, burung yang berasal dari negeri China ini seperti menghilang dari pasaran, bahkan kelas nya pada setiap lomba pun nyaris tidak ada lagi. Kemana burung ini ?

Menurut penuturan beberapa penggemar burung, sejak ada wabah flu burung yang diawali dari China, maka burung-burung yang berasal dari daratan China sepertinya tidak diperbolehkan lagi masuk ke Indonesia, bahkan dari daratan China nya sendiri tidak diperbolehkan keluar dari negeri China. Sehingga burung-burung yang berasal dari China pada masa dahulu membanjiri pasar burung Indonesia, seperti Hwa Mei, Robin, Poksay, Sam Ho, San Ma dan lain-lain, saat ini sudah semakin langka ditemukan di pasar-pasar burung Indonesia. Kalaupun ada ditemukan beredar di pasar burung, biasanya itu adalah sisa-sisa dari burung-burung masa lalu. Penangkaran ? sepertinya burung-burung yang berasal dari China ini pun, agak sulit ditangkarkan, mungkin sudah ada yang berhasil, tapi tidak banyak, dan belum bisa diproduksi secara besar-besaran.

Hwa Mei atau Garrulax canorus, dari keluarga Passerine berasal dari Asia Timur. Nama Hwa Mei berasal dari bahasa China "Hua Mei", yang berarti "alis dicat", atau "alis berwarna". Di Indonesia populer dengan nama Hwa Mei, Wambi atau Wambe.

Klasifikasi:
kelas:Aves
ordo:Passeriformes
family:Timaliidae
genus:Garrulax
species:Garrulax canorus

terakhir, karena ditemukan di Taiwan, burung sejenis dan serupa yang memiliki genus Leucodioptron, maka genus dipindahkan menjadi:
genus:Leucodioptron
species:1. Leucodioptron canorum, dari China (Chinese Hwa Mei)
2. Leucodioptron taewanum, dari Taiwan (Taiwan Hwa Mei)


Sebelumnya dari daratan Taiwan, terdapat species Leucodioptron taewanum yang dianggap sebagai sub species dari Garrulax canorus, tetapi baru-baru ini dinyatakan sebagai spesies yang terpisah. Berdasarkan studi b sitokrom mitokondria gen, Li et al. (2006) menyatakan bahwa 2 spesies menyimpang sekitar 1,5 juta tahun yang lalu dengan 2 subspesies Cina Hwamei divergen sekitar 600.000 tahun yang lalu

Akhir-akhir ini genus Garrulax dipindahkan ke genus baru yaitu genus Leucopdioptron, yang terdiri dari 2 species, yaitu:

Chinese Hwa Mei
Leucodioptron canoru
1. Leucodioptron canorum, sebelumnya sempat dimasukkan ke dalam genus Turdus, tapi berubah menjadi genus Garrulax. Lalu kemudian dinyatakan sejenis dengan Leucodioptron taewanum, tetapi berbeda secara signifikan dalam bulu, morfometrik dan genetika, dan untuk beberapa tingkatan dalam suara. Species ini terdiri dari 2 sub species, yaitu:
  • ssp canorum, Linnaeus, 1758 - China (Gansu, Shaanxi, Hubei, Henan dan Jiangsu ke Yunnan, Guangxi dan Guangdong), juga Laos dan Vietnam.
  • ssp owstoni, Rothschild, 1903 - Hainan. Burung ini pada tubuh bagian bawah lebih pucat dan lebih berwarna zaitun pada bagian punggung.

Taiwan Hwa Mei
Leucodioptron taewanum
2. Leucodioptron taewanum, secara signifikan berbeda dalam bulu, morfometrik dan genetika, serta suara dengan species Leucodioptron canorum.Species ini adalah monotypic.
    Burung Hwa Mei berukuran tubuh antara 21 sampai 25 cm panjang dengan luas, sayap bulat dan ekor berbentuk kipas. Bulu didominasi warna coklat kemerahan dengan steak gelap di bagian belakang, mahkota dan tenggorokan. Sebuah cincin putih di sekitar mata yang membentang mundur sebagai garis putih

    Perawatan:
    Burung Hwa Mei memiliki sifat figther yang tinggi, sehingga mendengar suara Hwa Mei dari kejauhan pun akan langsung membuat burung ini bereaksi dengan mengeluarkan suara-suara dahsyatnya. Burung ini termasuk burung yang tidak sulit perawatnnnya, hanya saja yang perlu dijaga adalah mengontrol tingkat birahinya dalam kondisi normal. Keadaan tidak birahi membuat burung ini malas berbunyi, sehingga para penggemar burung suka menggandeng burung ini dengan Hwa Mei betina sekali-sekali agar tingkat birahinya tetap terjaga. Tapi apabila terlalu birahi juga tidak baik burung ini, karena akan menyebabkan burung gampang putus alias patah mental, dan biasanya apabila sudah begini akan susah memulihkan mentalnya. Selain itu dalam tingkat birahi yang tinggi juga akan membuat burung ini malas berbunyi. Perawan harian, cukup mandi di keramba pada pagi hari, dan setelah itu extra fooding jangkrik 2 sampai 3 ekor, dan dijemur di tempat yang tinggi selama 2 - 4 jam. Sore hari juga perlu mandi untuk mendinginkan suhu tubuhnya, serta mengontrol birahinya agar tidak turun ataupun berlebihan.

    sumber:

    Minggu, 30 Desember 2012

    Cucak Biru

    Cucak Biru
    Burung Cucak Biru (Irena puella), yang dalam bahasa Inggrisnya bernama Asian Fairy-bluebird, adalah suatu jenis burung pemakan buah-buahan dan serangga kecil, yang merupakan burung lokal Indonesia. Tersebar di beberapa wilayah Indonesia, seperti di Jawa, Sumatra dan Kalimantan. Burung ini memiliki beberapa nama, seperti Cucak Biru di pulau Jawa dan Ambasan di pulau Kalimantan. Selain di Indonesia, burung ini juga terdapat di pulau Palawan Filipina.

    Beberapa orang mencoba memelihara burung ini, tapi banyak juga yang gagal membuat burung ini bunyi atau berkicau. Tapi tidak sedikit yang berhasil mencetak burung ini menjadi burung yang rajin berkicau. Burung Cucak Biru juga memiliki suara yang indah dan penuh variasi. Suara burung ini banyak memiliki karakter suara tembakan dan juga memiliki variasi suara yang cukup banyak. Mungkin bila dirawat oleh tangan yang tepat, burung ini akan sanggup bersaing dengan burung-burung kicauan lain yang lebih populer.

    Penggemar burung memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang burung ini. Ada yang mengatakan burung ini mirip cucak hijau, tapi ada juga yang mengatakan burung ini mirip punglor. Tapi burung Cucak Biru ini tidak memiliki hubungan kerabat sama sekali dengan burung dari jenis punglor atau dari keluarga Turdidae maupun dari keluarga cucak hijau (Chloropsidae). 
    Bagi para peneliti burung ini dianggap terkait dengan kutilang (Pycnonotidae) tetapi memiliki beberapa karakter dari drongos (Dicruridae) atau Cuckoo-shrikes (Campepahagidae, Austin & Singer 1961), studi biokimia menyarankan hubungan dekat dengan bushshrikes, helmetshrikes dan vangas dalam Sibley & s Alquist (1990), diperluas dengan kumpulan corvine. Sibley & Monroe (1990) sempat dihubungkan dengan Cuckoo-shrikes tetapi juga termasuk 6 spesies leafbirds (genus Chloropsis) di keluarga Irenidae yang menjadi pilihan mengesampingkan Chloropsidae dan pendekatan yang diikuti oleh Clements (1991). Akhirnya menganggap terpisah antara Irenidae dan Chloropseidae.

    Klasifikasi:
    • Kelas:    Aves
    • Ordo:     Passeriformes
    • Family:   Irenidae
    • Genus:    Irena
    • Species:  Irena puella, (Latham, 1790)

    perbedaan Cucak Biru
    jantan (kiri) dan betina (kanan)
    Burung Cucak Biru ini memiliki ukuran agak besar, sekitar 24 sampai 27 cm panjang. Mata berwarna merah serta kelopak mata berwarna merah muda. Sang jantan berwarna biru laut cerah pada bulu atas, yang dikombinasikan dengan warna hitam dan bagian ujung ekor berwarna hitam. Sedangkan betina didominasi oleh warna biru muda. Sehingga mudah membedakan antara burung Cucak Biru jantan dan betina. 

    Burung Cucak Biru dari genus Irena ini memiliki kerabat, yaitu:
    • Irena cyanogastra (Philippine Fairy-bluebird), berasal dari Filipina. Memiliki warna yang lebih gelap dari Irena puella
    • Irena cyanea malayensis, yang berasal dari Semenanjung Malaysia, dimana memiliki corak warna yang hampir sama dengan Irena puella, hanya memiliki ukuran tubuh sedikit berbeda.

    Irena cyanogastra
    Philippine Fairy-bluebird
    Cucak Biru Filipina
    Irena puella
    Asian Fairy-bluebird
    Cucak Biru Indonesia
    Burung Cucak Biru, tersebar mulai dari Sri Lanka, India, kepulauan Andaman dan Nikobar, Asia Tenggara seperti di Indochina, Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Palawan Filipina, dan pulau-pulau terdekat yang lebih kecil. Burung ini berhabitat pada hutan cemara dari bukit-bukit dan dataran, tetapi di tempat lain itu biasa dalam berbagai jenis hutan lembab di dataran rendah hingga sekitar 300 sampai 1.600 m di atas permukaan laut.

    Burung Cucak Biru dari species Irena puella, memiliki beberapa sub species, yaitu:
    • ssp puella, Latham, 1790 - India, China Selatan, Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Vietnam.
    • ssp andamanica, Abdulali, 1964 - Kepulauan Andaman dan Nicobar.
    • ssp malayensis, F. Moore, 1854 - Malaysia.
    • ssp crinigera, Sharpe, 1877 - Indonesia di pulau Sumatra (kepulauan sebelah barat), Bangka, Belitung dan Borneo.
    • ssp turcosa, Walden, 1870 - Indonesia di pulau Jawa.
    • ssp tweeddalei, Sharpe, 1877 - Filipina Barat (Calamians, Palawan, Balabac).

    Sedangkan Cucak Biru dari species Irena cyanogastra, terdiri dari:
    • ssp cyanogastra, Vigors, 1831 - Luzon, Polillo dan Catanduanes.
    • ssp ellae, Steere, 1890 - Samar, Leyte dan Bohol.
    • ssp hoogstraali, Rand, 1948 - Dinagat dan Mindanao.
    • ssp melanochlamys, Sharpe, 1877 - Basilan.
     
    Bersarang pada ranting kecil di pohon yang tinggi, terkadang yang sudah berlumut. Jumlah telur biasanya sebanyak 2 butir berwarna putih kehijauan ditandai dengan corak warna coklat. 


    Dalam pemeliharaan burung ini, tidak lah sulit, karena dengan perawatan biasa, cukup dengan buah-buahan setiap hari serta diselingi dengan jangkrik yang berukuran sedang sebanyak 2 ekor, dan juga kalau bisa mandi di keramba setiap pagi, dan menjemurnya sekitar 2 jam, dan akan membuat burung ini rajin berkicau sepanjang hari. Burung ini menyukai suasana embun pagi, oleh karena itu alangkah baiknya apabila burung ini dikeluarkan pada pagi sekali.

    sumber:

    Jumat, 14 Desember 2012

    Punglor Buru

    Punglor Buru
    Punglor Buru, atau Zoothera dumasi, adalah satu lagi burung punglor dari genus Zoothera, yang berasal dari daerah kepulauan Maluku, tepatnya di pulau Buru, kabupaten Maluku, Indonesia.

    Ternyata bukan cuma orang-orang dari Maluku saja yang pintar nyanyi, seperti Melly Goeslaw, Bob Tutupoli, Yopie Latul dan lain-lain, burung-burung yang berasal dari daerah Maluku ini pun pintar-pintar bernyanyi, alias berkicau, salah satunya Zoothera dumasi, atau yang dikenal dengan nama Punglor Buru atau Anis Buru.

    Sekilas Punglor Buru ini terlihat dari depan mirip dengan Punglor Kembang (Zoothera interpres), tapi kalau dilihat dari belakang mirip dengan Punglor Cendana (Zoothera peronii). Jadi tidak heran, kalau pada awalnya orang mengira burung ini merupakan hasil peranakan silang dari Punglor Kembang dan Punglor Cendana.

    Dari segi suara, burung ini memiliki volume sedang, tapi beberapa, ada juga yang bersuara keras (nyaring). Kemampuan berkicau burung ini juga termasuk oke lah, artinya cepat menangkap suara-suara burung lain atau burung master. Selain itu, suara dasar burung ini pun sangat bervariasi, tidak kalah dengan sepupu-sepupu lainnya, seperti Punglor Cendana, Punglor Kembang, Punglor Macan dan Punglor Merah. Dalam kata lain, enak didengar dan dinikmati.

    Di pasaran, seperti di pasar-pasar burung di pulau Jawa, burung ini sangat susah ditemui. Kalaupun ada, sudah pasti harganya pun tergolong mahal. Dengar-dengar dari teman, katanya para kolektor burung di Surabaya dan Jakarta, sudah ada yang memiliki burung Punglor Buru ini. Hanya saja informasi tidak menjelaskan, apa burung Punglor Buru ini sudah layak disertakan dalam lomba/ kontes, atau masih dalam taraf didikan.

    Di kampung halamannya, atau di habitatnya, burung Punglor Buru ini berdiam di dataran tinggi, di daerah dekat dengan sungai-sungai di pedalaman. Bagi masyarakat di pulau Buru, burung ini juga termasuk burung yang mereka jaga habitatnya. Sehingga burung ini aman dari kepunahan, dan terlindungi dari serbuan para pencari burung dari pulau Jawa.

    Punglor Buru, menyukai makanan serupa dengan sepupu-sepupunya, seperti cacing, jangkrik, belalang, krto dan jenis ulat-ulatan. Burung ini juga menyantap buah-buahan, seperti pisang, pepaya dan lain-lain. Perawatan, tidak jauh berbeda dengan jenis-jenis Zoothera lainnya, termasuk harus agak berhati-hati, karena burung ini juga termasuk burung yang mudah stres, apabila dirawat tidak dengan sepenuh hati.

    sumber:

    Kamis, 13 Desember 2012

    Link Exchange/ Tukar Link

    Teman-teman yang suka bertukar link, kalau mau, ayo kita bertukar link.

    Mungkin dengan jalan ini kita bisa bersama-sama meningkatkan Page Rank blog kita.

    Bagi teman-teman yang berminat silahkan copy kode link di bawah ini.


    <a href="http://planetburung.blogspot.com/" target="_blank">Planet Burung</a>


    Setelah di copy, buka dan paste-kan di kotak gadget HTML/Javascript, tempatkan di mana kamu mau, lalu simpan. Kemudian isi komen di kotak komentar di bawah dengan menyertakan url blog kamu, nanti pasti kami pasang link yang kamu berikan.

    Ok, trims ...
    Salam kenal, salam kicau dan sukses bersama!

    ook_like

    Kamis, 06 Desember 2012

    Punglor Enggano

    Punglor Enggano
    Punglor Enggano atau Anis Enggano. Mungkin saja bagi sebagian kecil penggemar burung, khususnya yang di pulau Jawa, dan Sulawesi, nama Punglor Enggano masih terasa asing. Tapi bagi kalangan penggemar burung di Sumatra burung ini lumayan dikenal.

    Punglor Enggano, memiliki nama ilmiah Zoothera leucolaema (Enggano Trush), hidup dan tersebar di pulau Enggano, yang terletak di pulau Enggano, sebelah barat pulau Sumatra, atau di sebelah barat kota Bengkulu.

    Burung Punglor Enggano ini adalah burung endemik pulau Enggano yang berada di provinsi Bengkulu, walaupun kadang-kadang terlihat juga 1 atau 2 ekor berkeliaran di hutan Bengkulu pulau Sumatra. Tapi daerah aslinya adalah di pulau Enggano.

    Dilihat dari bentuk fisik burung Punglor Enggano ini, sekilas mirip dengan Punglor Kembang (Zoothera interpres), tetapi di bagian daerah dada lebih putih bersih. Ukuran tubuh sedang, seukuran dengan Punglor Kembang, sehingga kadang-kadang burung ini disebut juga sebagai Punglor Kembang Enggano.

    Kemampuan berkicaunya, menurut penggemar burung di Bengkulu, perbandingan 12 - 12 dengan Punglor Kembang, alias memiliki kemampuan yang sama hebatnya. Kecerdasan juga dimiliki burung ini, sehingga mudah menangkap suara-suara burung master yang ada di sekitarnya. Hanya saja, burung ini sangat sensitif terhadap suara-suara yang keras, lalu lalang manusia, mobil dan motor serta perawatan yang terkesan sembarangan.

    Mungkin dengan perawatan yang baik, serta dengan melatihnya di tempat-tempat keramaian, bisa membuat burung ini mampu bersaing dengan sepupu-sepupunya yang lebih populer di pulau Jawa.

    sumber foto: singbird-collection

    Punglor Cendana

    Punglor Cendana
    Punglor Cendana, sekilas mendengar nama cendana, bukan berarti burung ini milik keluarga cendana. Tentu tidak ada hubungan sama sekali.

    Punglor Cendana merupakan nama burung dari jenis Punglor/ Anis yang berasal dari daerah Flores dan Timor Leste, yang memiliki nama ilmiah Zoothera peronii.

    Awal kehadiran burung ini dianggap dingin, dan tidak terlalu mengejutkan di dunia kicauan Indonesia, karena sekilas mirip dengan jenis Punglor Kening/ Punglor Kayu (Turdus obscurus). Ternyata ketika mendengar burung ini berkicau, maka sangat mengejutkan karena kemampuan berkicau burung ternyata sangat baik, sehingga membuat harga burung ini pun langsung melonjak dan bersaing dengan sepupu-sepupunya yang sudah lebih dahulu malang melintang di kancah perburungan Indonesia, seperti Punglor Kembang dan Punglor Merah.

    Punglor Cendana ini terdiri dari 2 subspecies, yaitu:
    • Zoothera peronii peronii (Vieillot, 1818), tersebar di pulau Rote dan Timor Barat.
    • Zoothera peronii audacis (Hartert, 1899), tersebar di Timor Leste, Wetar, Romang dan Babar.

    Dilihat dari bentuk postur, Zoothera peronii memiliki bentuk mirip Punglor Merah dan Punglor Macan, dan juga mirip dengan Punglor Kening/ Kayu. Dugaan orang pertama sekali, bahwa burung ini merupakan silangan dari burung Punglor Macan, Punglor Merah dan Punglor Kening/ Kayu.

    Kemampuan berkicau burung ini tergolong istimewa, karena dengan mudahnya akan mencerna suara-suara lain di sekitarnya, sehingga tidak sulit untuk menambahkan variasi suara lain ke burung ini. Dari segi volume, juga bisa diandalkan untuk bersaing di kelasnya, karena dengan memiliki yang lumayan keras, sehingga di beberapa kelas dapat membuat para juri menoleh ke burung ini untuk sekian lama.

    Bagi para penggemar burung kicauan, burung ini dianggap istimewa, hanya saja dari beberapa komentar, mengatakan bahwa yang kurang sreg dari burung ini, adalah gayanya yang suka "nungging". Jadi walau burung ini bersuara "indah", tapi gaya dan penampilan dianggap "kurang menarik". Kebanyakan penggemar burung membandingkan dengan gaya Punglor Merah yang sangat populer dengan gaya :"teler" nya. 

    sumber fotosingbird-collection

    Sabtu, 24 November 2012

    Bangkai Burung Aneh Ditemukan di Iran

    Sebuah bangkai burung aneh, yang diduga bangkai dinosaurus, dilaporkan ditemukan dekat kota Meshginshahr di provinsi barat laut Iran.

    Penduduk setempat Ardebil.The menemukan bangkai makhluk seperti burung dan berbulu, yang tampaknya telah mati beberapa hari yang lalu, di dekat sebuah desa terpencil Meshginshahr. IRNA melaporkan pada hari Minggu. Sebuah tim pejabat dari Organisasi Perlindungan Lingkungan Iran (EPO) yang dikirim ke wilayah itu untuk menyelidiki apakah laporan itu benar. Salah satu warga desa dilaporkan menyembunyikan sebuah bangkai burung, dan tim EPO sedang mencoba untuk menemukannya.

    Tim ini telah berhasil memperoleh foto dari makhluk yang diambil oleh salah satu penduduk setempat. Tim juga telah menemukan bukti bahwa dikonfirmasi klaim penduduk setempat bahwa "burung itu tinggal di gua dekat desa". Jadi apakah burung yang tergolong dinosaurus ini masih ada ?

    Makhluk itu memiliki tengkorak reptil dengan gigi taring panjang dan geraham yang besar. Memiliki tulang sayap kecil seperti burung-burung terbang. Iran, memiliki 527 spesies burung, tapi tidak ada yang mirip dengan makhluk yang ditemukan tersebut.

    Para ilmuwan percaya bahwa penemuan ini menunjukkan burung dan dinosaurus berbagi banyak fitur seperti tulang berongga, gastrolith dalam sistem pencernaan, sarang-bangunan dan perilaku. Penemuan fosil Tyrannosaurus rex jaringan lunak juga menunjukkan bahwa dinosaurus 68 juta tahun dan burung berkaitan erat satu sama lain.

    sumberweirdthings: strange bird carcass found in iran

    Sabtu, 01 September 2012

    Punglor Sisik

    Punglor Sisik
    (Common Scaly Thrush)
    Zoothera dauma, Anis Sisik atau Punglor Sisik (Common Scaly Thrush), adalah salah satu spesies dari sekian banyak jenis Punglor (Anis), yang ada di Indonesia dan salah satu dari 39 spesies Zoothera yang ada di dunia.

    Punglor Sisik ini berhabitat di pegunungan di Sumatra Utara. Corak kelir tubuh yang menyerupai sisik ini lah menjadikan burung ini diberi nama sebagai Anis Sisik atau Punglor Sisik. Sehingga dalam bahasa Inggris pun disebut sebagai Scaly Thrush. Burung ini sering terlihat di pegunungan Sumatra Utara. Suaranya pun tidak kalah dari keluarga spesies Zoothera lain, terdengar lembut, mengalun pendek dengan variasi yang baik. Burung ini kerap mencari makan di permukaan tanah, mencari binatang kecil yang ada di permukaan tanah maupun yang ada di balik lapisan tanah paling atas.

    Habitat burung Zoothera dauma ini biasanya banyak di daerah dekat aliran sungai yang ada air terjun kecilnya. Karena burung ini menyukai suasana basah dan dingin. Apabila burung ini dibawa ke daerah panas, maka burung ini untuk sementara waktu akan 'merajuk' atau 'ngambek', dalam istilah lain 'macet' tidak mau mengeluarkan kicauannya untuk jangka waktu yang lama, kadang bisa mencapai 6 bulan, bahkan bisa mencapai 1 tahun.

    Burung Punglor Sisik ini pernah sempat beredar di pasaran, tetapi karena dianggap tidak bisa bunyi, dan susah membuatnya berkicau, sehingga ditinggalkan oleh para penggemar burung. Padahal dengan rawatan yang khusus mungkin saja burung ini bisa menjadi suatu burung yang istimewa, yang mampu berkicau dengan merdunya, tidak kalah dari sepupunya seperti Punglor Kembang atau Punglor Merah.

    artikel terkait:

    Jumat, 31 Agustus 2012

    Punglor Gunung

    Punglor Gunung
    Punglor Gunung (Turdus poliocephalus), adalah salah satu species punglor yang berukuran lumayan besar. Selain di sebagian Asia, Asia Tenggara dan Pasifik, burung ini juga ditemukan hidup di berbagai wilayah di Indonesia. Menyukai tempat pada ketinggian 1000 sampai 3000 m dpl.

    Punglor Gunung terdiri dari 49 subspecies, yang tersebar di berbagai wilayah Asia, Asia Tenggara sampai ke pulau-pulau wilayah Pasifik.
    1. loeseri Meyer de Schauensee, 1939 - Sumatra Utara
    2. indrapurae Robinson & Kloss, 1916 - Sumatra Selatan dan Tengah
    3. fumidus Statius Muller, 1844 - Gn Papandajan, Gn Pangrango dan Gn Gede, di Jawa Barat
    4. erythropleurus Sharpe, 1887 - Jawa Barat, pesisir Selatan pulau Jawa dan pulau Christmas
    5. javanicus Horsfield, 1821 - daerah pegunungan Jawa Tengah
    6. stresemanni M. Bartels, Jr, 1938 - Gn Lawu, di Jawa Timur
    7. whiteheadi (Seebohm, 1893) - pegunungan di Jawa Timur
    8. niveiceps (Hellmayr, 1919) - Taiwan
    9. thomassoni (Seebohm, 1894) - Filipina Utara (Luzon Utara)
    10. mayonensis (Mearns, 1907) - Filipina (Luzon Selatan)
    11. mindorensis Ogilvie-Grant, 1896 - Filipina (Mindoro)
    12. nigrorum Ogilvie-Grant, 1896 - Filipina (Negros)
    13. malindangensis (Mearns, 1907) - Gn Malindang, di Mindanao (Selatan Filipina)
    14. katanglad Salomonsen, 1953 - Filipina (Mindanao Tengah)
    15. kelleri (Mearns, 1905) - Filipina (Gn Apo, di Timur Laut Mindanao)
    16. seebohmi (Sharpe, 1888) - Borneo Utara Malaysia (gn Kinabalu, Trus Madi dan Tambuyukon).
    17. hygroscopus Stresemann, 1931 - Sulawesi Selatan
    18. celebensis (Büttikofer, 1893) - Sulawesi bagian Barat Daya
    19. schlegelii P. L. Sclater, 1861 - Timor Barat
    20. sterlingi Mayr, 1944 - Timor Leste (dulu Timor Timur)
    21. deningeri Stresemann, 1912 - pulau Seram di Maluku
    22. versteegi Junge, 1939 - pegunungan di New Guinea Barat
    23. carbonarius Mayr & Gilliard, 1951 - pegunungan di New Guinea Timur
    24. keysseri Mayr, 1931 - gn Huon Peninsula, di New Guinea Timur Laut
    25. papuensis (De Vis, 1890) - pegunungan di New Guinea Timur Laut
    26. tolokiwae Diamond, 1989 - pulau Tolokiwa, di kepulauan Bismarck
    27. beehleri Ripley, 1977 - New Ireland
    28. heinrothi Rothschild & Hartert, 1924 - St Matthias
    29. canescens (De Vis, 1894) - pulau Goodenough, di kepulauan D’Entrecasteaux
    30. bougainvillei Mayr, 1941 - pulau Bougainville
    31. kulambangrae Mayr, 1941 - pulau Kolombangara, di Solomon Tengah
    32. sladeni Cain & Galbraith, 1955 - Guadalcanal
    33. rennellianus Mayr, 1931 - pulau Rennell, di Solomon Selatan
    34. vanikorensis Quoy & Gaimard, 1830 - kepulauan Santa Cruz (Utupua, Vanikoro) dan Vanuatu Utara (Espíritu Santo, Malo)
    35. placens Mayr, 1941 - Ureparapara dan Vanua Lava, in Banks Group
    36. whitneyi Mayr, 1941 - pulau Gaua, in Banks Group
    37. malekulae Mayr, 1941 - Pentecost, Malekula dan Ambrym, di Vanuatu
    38. becki Mayr, 1941 - Paama, Lopevi, Epi dan Emae, di Vanuatu
    39. efatensis Mayr, 1941 - Efate dan Nguna, di Vanuatu
    40. albifrons (E. P. Ramsay, 1879) - Erromanga, di Vanuatu
    41. pritzbueri E. L. Layard, 1878 - Tanna (di Vanuatu)
    42. xanthopus J. R. Forster, 1844 - New Caledonia
    43. poliocephalus Latham, 1801 - pulau Norfolk
    44. layardi (Seebohm, 1891) - Fiji Barat (Viti Levu, Ovalau, Yasawa, Koro)
    45. ruficeps (E. P. Ramsay, 1876) - Kadavu, di Fiji Selatan
    46. vitiensis E. L. Layard, 1876 - Vanua Levu, di Fiji Timur
    47. hades Mayr, 1941 - Gau, di Fiji Timur
    48. tempesti E. L. Layard, 1876 - Taveuni, di Fiji Timur
    49. samoensis Tristram, 1879 - Samoa (Savaii, Upolu)

    Punglor Gunung, ini termasuk burung berukuran besar sekitar 20 cm, lebih besar dari jenis-jenis punglor lainnya. Karena ukuran tubuh burung ini yang lumayan besar, sampai-sampai ada yang menyangka burung ini adalah termasuk jenis Jalak.

    Burung ini memiliki warna tubuh coklat terang dan kehitaman dengan bulu yang agak kusam, dari kehitaman ke coklat keabu-abuan, daerah perut coklat gelap. Di sekitar lingkar mata berwarna kuning, memiliki iris coklat. Paruh dan kaki yang berwarna kuning. Kicauan burung Punglor Gunung ini termasuk unik, tapi masih terlihat ciri-ciri khas suara punglornya. Suara burung ini terdiri dari sejumlah nada bergetar, siulan pendek, dan juga memiliki variasi. Kalau sedang dalam keadaan gelisah burung ini mengeluarkan suara bergetar berbunyi 'tek-tek'.

    punglor Gunung
    (indonesiatraveling.com
    )
    Sempat beredar di pasar-pasar burung di perkotaan. Tetapi menurut para penggemar burung, suara burung ini kurang enak di dengar, dan akan sulit bersaing dengan burung-burung lain yang sudah lebih dahulu populer di kalangan penggemar burung.

    Suka menyantap buah-buah kecil dan invertebrata di permukaan tanah dan semak-semak. Selain itu buah pisang dan pepaya juga disukai burung ini. Kadang-kadang burung ini mengais mencari makanan pada sampah-sampah di sekitar gunung. Burung ini hidup pada hutan lebat, tetapi akan keluar ke tempat terbuka saat suasana tenang dan aman. Pada saat berkicau burung ini mencari dahan atau ranting pada pohon yang tinggi.

    artikel terkait:

    Burung Hama Tapi bisa Bersuara Baik

    Di alam kita ini ada beberapa burung, yang dianggap pengganggu dan dianggap sebagai hama bagi lingkungan kita ini, dan juga sebagai hama bagi para petani yang sedang merawat sawahnya. Tetapi burung-burung tersebut juga sebenarnya memiliki kemampuan bernyanyi yang lumayan baiknya. Walaupun suara dasarnya pada beberapa burung dianggap kurang baik, tetapi apabila mendapat perawatan dan pemasteran dengan benar, burung ini pun bisa menjadi burung yang istimewa.

    Berikut beberapa burung hama yang bisa bersuara baik
      Burung Gereja
      burung Gereja
      • adalah burung yang hidupnya paling bebas, karena burung ini tersebar di segala penjuru wilayah Indonesia, bahkan Asia Tenggara, hingga Amerika. Sepertinya burung ini sanggup hidup di segala tempat, di hutan atau di kota, suhu hangat atau suhu dingin, dataran tinggi maupun dataran rendah. Burung Gereja ini sering bersarang di atap-atap rumah, di lobang-lobang dinding rumah, bahkan bisa bersarang pada jam tua di dalam rumah. Sekelompok burung ini biasanya hadir setiap hari di halaman rumah, dengan suara kicauan yang ramai. Pada awalnya burung ini dianggap pengganggu, karena suaranya dianggap kurang baik. Tetapi belakangan para penggemar burung lebih memperhatikan kehadiran burung ini dengan seksama. Mencoba mengumpulkan beberapa burung ini untuk dijadikan master bagi burung-burung yang dipersiapkan di kontes. Ternyata suara burung Gereja ini pada setiap kontes, bisa bersaing dengan suara masteran Lovebird, Jangkrik, Cililin, Kenari, Belalang Daun, Cucak Jenggot, Semprit dan lain-lain. Walaupun bagi para penggemar suara burung gereja ini dianggap sebagai urutan pertengahan dari suara-suara master yang disebut tadi.
        Seorang penggemar burung pernah mencoba melatih burung ini sejak dari lolohan, dimaster dengan suara burung kenari. Alhasil, begitu burung ini menginjak usia remaja, telah bisa memainkan suara kenari dengan fasih, bahkan dengan volume yang lebih tebal dari kenari. Selanjutnya burung Gereja yang pada awalnya nyaris tidak ada hanganya ini pun mendapat mendapat tawaran sebesar 1 juta rupiah.
      Burung Pipit (Emprit)
      • ini adalah salah satu burung yang menjadi musuh para petani. Burung ini sering menjadi gangguan karena serbuannya terhadap tanaman padi di sawah-sawah. Sampai-sampai petani membuat orang-orangan sawah untuk mengusir burung ini, bahkan banyak yang menembaki burung ini dengan senapan angin. 
        burung Pipit
        (smartmastering.com)
        Burung ini memiliki suara dasar, hanya "tit tit tit", yang tentunya kurang menarik kedengarannya. Tetapi rupanya burung ini membuat tertarik beberapa penggemar burung, untuk coba-coba dimaster. Dari lolohan, anakan burung ini sudah dimaster dengan masteran suara Kenari dan Blacktroath, tenyata burung ini bisa juga menangkap suara-suara masteran tersebut. Setelah usia remaja menginjak dewasa, burung Pipit ini pun mampu membawakan suara Kenari dan Blacktroath dengan fasihnya, disertai suara yang tajam. Mengejutkan, ternyata burung ini pun mendapat tawaran dari para penggemar burung lainnya dengan harga yang tidak murah.
      Burung Gelatik
      burung Gelatik
      (pecuk.wordpress.com)
      • di alam bebas juga mendapat gelar sebagai "musuh petani", karena bersama burung Pipit melakukan serangan bertubi-tubi ke sawah-sawah masyarakat di pedesaan. Sehingga para petani sering kewalahan menghadapi burung Gelatik ini.
        Tetapi bagi para penggemar burung, teryata burung ini pun tidak luput untuk dijadikan kelinci percobaan untuk disulap menjadi seekor burung yang istimewa. Dari sejak anakan lolohan sudah diisi (dimaster) dengan suara bermacam-macam burung, seperti suara kenari, prenjak dan lain-lain. Tidak jarang beberapa dari mereka berhasil memoles burung ini menjadi burung istimewa yang membawakan lagu-lagu kenari dengan indahnya.

      Burung Kutilang,

        burung Kutilang
      • termasuk burung yang hidup bebas di alam. Bagi penggemar burung kontes kicauan, suara burung ini dianggap mengganggu dan dapat merusak suara andalan burung kontes mereka. Menurut penuturan para penggemar burung, katanya, suara burung ini mendapat nilai 'mati', apabila sempat dibunyikan si burung pada perlombaan burung (kontes suara burung). Pernah beberapa penggemar burung mencoba menyulap burung Kutilang ini menjadi burung yang istimewa, dengan mencoba memaster burung ini dari 'anakan', bahkan dari 'piyik', sudah diperdengarkan dengan suara-suara masteran yang dianggap baik. Pada usia remaja menjelang dewasa, ternyata burung ini pun mampu menirukan berbagai suara-suara burung masteran yang dianggap istimewa. Tetapi pada saat burung ini menjelang dewasa, dan digantung di luar rumah, mendengar kicauan burung-burung Kutilang liar yang berkicau di alam sekitar rumah, maka semua suara masteran yang sudah terekam pada burung Kutilang peliharaan ini pun 'hilang sirna', dan kembali ke suara aslinya, yaitu 'suara Kutilang'. Sehingga bagi para penggemar burung, burung Kutilang ini pun dikesampingkan dan disisihkan, karena dianggap sebagai burung 'pelupa'.
      Burung Walet
      burung Walet
      • ini adalah salah satu burung liar, yang sering beterbangan di alam, mulai dari hutan hingga perkotaan. Burung ini suka bersarang di gedung-gedung besar dan tinggi. Burung Walet ini bagi penduduk dianggap sebagai burung pengganggu, karena kotoran burung ini sering hinggap di sembarang tempat, seperti di atap rumah, halaman rumah, bahkan pada jemuran baju. Tetapi bagi penggemar burung, justru suara burung walet merupakan suara yang unik, dan dianggap penting untuk dijadikan suara 'master' bagi burung-burung yang dipersiapkan untuk kontes lomba burung. Hanya saja apabila burung ini dipelihara di dalam sangkar, maka burung ini cenderung diam dan nyaris tidak berbunyi. 

      Jalak Putih

      Jalak Putih
      Jalak Putih (Sturnus melanopterus), adalah salah satu spesies dari sekian banyak spesies burung Jalak yang ada di Indonesia. Populasi burung Jalak Putih ini tersebar di pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumatra dan Kalimantan.

      Bagi kalangan penggemar burung, burung Jalak Putih dianggap sebagai burung tengahan berada di antara Jalak Suren dan Jalak Hitam.
      Jalak putih termasuk burung yang eksotis karena memiliki penampilan yang cantik, serta memiliki suara yang tidak kalah baiknya dibanding Jalak Suren maupun Jalak Hitam. Beberapa penggemar burung sering membanding-bandingkan keunggulan antara Jalak Putih dengan Jalak Suren.

      Seperti Jalak Bali, populasi burung Jalak Putih ini pun saat ini sedang berada diambang kepunahan, karena maraknya perburuan terhadap burung ini di alam. Keberadaan burung ini telah dilindungi oleh undang-undang, karena populasinya semakin sedikit. Di pulau Jawa burung ini nyaris tidak berkembang, untungnya di pulau Sumatra dan Kalimantan, burung Jalak Puth ini masih berkembang dengan baik. Hanya saja karena permintaan terhadap burung ini dari pulau Jawa, sehingga membuat penduduk setempat di Kalimantan maupun Sumatra jadi turut menangkap burung ini di habitatnya.

      Habitat burung Jalak Putih ini adalah di rawa-rawa, hutan dataran rendah. Dahulunya burung ini masih mau berkeliaran di sekitar sawah dekat pedesaan. Tetapi saat ini populasi burung ini hanya terdapat di pedalaman hutan-hutan yang susah dijangkau oleh manusia. Burung ini biasanya berkumpul dalam kelompok kecil 4-5 ekor, tetapi lumayan ribut. Sedangkan dalam berkembang-biak, burung ini suka bersarang di lubang-lubang pohon tinggi, sehingga sarang burung ini sulit ditemukan di hutan.

      Sekilas burung Jalak Putih ini mirip dengan Jalak Bali. Bedanya, bagian di sekitar mata Jalak Putih berwarna kuning, sementara pada Jalak Bali bagian ini berwarna biru.
      Jalak Putih berukuran sedang, sekitar 20-25 cm, dengan paruh yang kuat, tajam dan lurus. Antara jantan dan betina sangat susah dibedakan, hanya bila diperhatikan dengan seksama, maka terdapat perbedaan pada burung jantan ukuran kepala lebih besar serta volume suara lebih keras dan lebih rajin berkicau, sedangkan betina memiliki ukuran kepala lebih kecil, volume suara lebih kecil, kebanyakan kurang rajin berkicau.

      artikel terkait:

      Jalak Hitam

      Jalak Hitam (Acridoteres javanicus) atau White-vented Myna, memiliki banyak sebutan tergantung dari daerah di mana burung ini berada, mulai dari Jalak Hitam, Kerak Kebo, Jalak Kebo, Jalak Kerak, Kerak Hitam, Jalak Awu dan lain-lain.

      Jalak Hitam
      Berbeda dengan Jalak Bali yang endemik pulau Bali. Jalak Hitam ini terdapat tersebar di beberapa pulau di Indonesia, seperti di pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Bali serta di beberapa daerah lain di Indonesia.
      Burung Jalak Hitam ini juga temasuk burung yang pintar berkicau, memiliki suara yang khas, dan juga pintar menirukan suara-suara lain yang berada di sekelilingmya. Selain itu burung Jalak Hitam ini ternyata pintar juga menirukan suara manusia, atau bisa berbicara layaknya burung Beo, hanya saja dalam mengucapkan kata-kata tidak sefasih dan sebersih burung Beo.

      Burung Jalak Hitam suka hidup di padang terbuka, atau di daerah rawa, serta di sawah-sawah. Biasanya hidup berkelompok dalam antara 5-8 ekor sambil mengeluarkan suara yang ribut. Di habitat aslinya, burung ini bersarang di dalam lubang-lubang pohon besar. Di daerah persawahan burung Jalak Hitam ini suka hinggap di atas punggung kerbau, sambil memakan kutu dan parasit lainnya yang menempel di tubuh kerbau. Oleh karena itulah burung ini di beberapa tempat di pulau Jawa disebut sebagai Jalak Kebo dan Kerak Kebo.

      Burung Jalak Hitam ini, di alam bebas, sebenarnya ada 2 jenis, yang dibedakan dari warna bola mata, yaitu Jalak Hitam Mata Kuning dan Jalak Hitam Mata Putih.
      1. Jalak Hitam Mata Kuning, pintar menirukan suara-suara di sekitarnya, dan pintar berkicau.
      2. Jalak Hitam Mata Putih, tidak terlalu pintar berkicau, tetapi pintar menirukan suara manusia, seperti berbicara, layaknya burung Beo, walau tidak sefasih burung Beo. Ukuran tubuh juga lebih besar dari Jalak Hitam Mata Kuning.

      Jalak Hitam mata kuning
      Di alam liar, makanan kesukaan burung Jalak Hitam ini adalah belalang, ulat, cacing, jangkrik serta beberapa jenis serangga lainnya yang ditemukannya. Selain itu burung ini juga suka menyantap buah-buahan seperti pisang dan pepaya.

      Jalak Hitam mata putih
      Populasi burung Jalak Hitam saat ini mulai terancam kepunahan, akibat perburuan liar untuk perdagangan burung sampai ke pasar-pasar burung mulai dari pedesaan hingga perkotaan. Pada saat ini tidak jarang kita melihat di rumah-rumah banyak yang memelihara burung Jalak Hitam, yang ditempat di dalam kandang. Burung ini memang burung yang menyenangkan, karena burung ini rajin berkicau (mengoceh), sehingga suasana rumah terasa ramai.

      Bagi para penggemar burung kontes (burung lomba), keberadaan burung Jalak Hitam ini juga dimanfaatkan untuk dijadikan burung master, agar suara burung Jalak Hitam ini bisa ditirukan oleh burung-burung lainnya milik si penggemar burung.

      Ukuran tubuh Jalak Hitam ini antara 20-30 cm. Di ujung sayapnya terdapat warna putih. Paruh dan kaki berwarna kuning. Mata tajam dan terdapat lingkaran putih atau kuning di antara bola matanya. Jalak Hitam jantan lebih panjang dari betina. Tatapan mata jantan pun lebih tajam. Burung Jalak Hitam betina juga pintar berkicau, bahkan konon menurut para pedagang burung, yang betina lebih bervariasi, hanya volume suara lebih kecil.

      Penyebaran burung Jalak Hitam ini hampir seluruh kawasan Asia Tenggara, termasuk pulau Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, Malaysia dan Thailand.

      artikel terkait:
      sumber foto:

      Kamis, 30 Agustus 2012

      Jalak Bali

      Jalak Bali atau Leucopsar rothschildi, di daerah asalnya pulau Bali disebut sebagai Curik. Burung ini memiliki ukuran tubuh agak besar, panjang tubuh dari kepala sampai ekor bisa mencapai 25 cm. Burung Jalak Bali ini hanya terdapat di pulau Bali (endemik). Dahulunya pernah ditemukan di pulau Lombok, tetapi itu diduga burung Jalak Bali yang bermigrasi sementara ke pulau Lombok, dan saat ini di pulau Lombok tidak pernah lagi ditemukan burung ini, jadi burung Jalak Bali ini hanya ada di pulau Bali.

      Klasifikasi Ilmiah:
      kerajaan:  Animalia
      filum:       Chordata
      ordo:        Aves
      famili:      Sturnidae
      species:  Leucopsar rothschildi

      Burung Jalak Bali ini memiliki ciri khusus, warna putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayap berwarna hitam. Pada bagian pipi tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna keabu-abuan. Burung jantan dan betina, sekilas hampir tidak ada bedanya, hanya saja dapat dibedakan dari ukuran tubuh jantan biasanya lebih besar dari betina, serta jambul di bagian kepala lebih tegak dari burung betina. 
      Burung Jalak Bali ini adalah burung yang memiliki karakter riang, suka berkicau bahkan menari di saat sedang bermain air di kolam-kolam kecil. Sehingga membuat jatuh cinta bagi siapa saja yang melihatnya.

      Ciri-ciri:

      Warna bulu di sekujur tubuhnya putih bersih dengan ujung ekor dan sayap berwarna hitam. Sedangkan bagian pipi tidak ditumbuhi bulu.
      Jalak bali mempunyai mata yang berwarna coklat tua, sedangkan daerah di sekitar kelopak mata tidak berbulu dengan warna biru tua. Ini tampak kontras dengan warna bulu badannya.
      Kepalanya dihiasi jambul. Keindahan yang mempesona ini terdapat pada jenis kelamin jantan maupun pada betina. Bedanya, jalak Bali jantan mempunyai jambul yang berukuran lebih panjang.
      Jalak bali mempunyai kaki yang berwarna abu-abu biru dengan empat jari jemari (satu ke belakang dan tiga ke depan).
      Paruh jalak bali berbentuk runcing dengan panjang 2-5 cm, dengan bentuk yang khas karena pada bagian atasnya terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna kuning kecoklat-coklatan.
      Jalak bali biasanya berada di semak-semak dan pohon palem di tempat terbuka, berbatasan dengan kawasan hutan yang rimbun dan tertutup. Jalak bali makan sebanyak satu kali sehari dan makanan yang dikonsumsinya adalah serangga, cacing, dan jangkrik. la juga memanfaatkan tumbuhan sebagai makanannya, antara lain juwet, sotong atau jambu dan pisang.
      Jalak bali adalah burung yang suka bergerombol, tetapi jika sudah menemukan pasangannya maka burung-burung tersebut akan hidup berdua. Mereka membuat sarang di pepohonan dengan tinggi kurang dari 175 cm. Di alam, burung ini menunjukkan proses berbiak pada periode musim penghujan, berkisar bulan November hingga Mei. Telur jalak bali berbentuk oval dan berwarna hijau kebiruan. Untuk pengeraman telurnya, jalak bali memerlukan waktu selama 17 hari.


      Dr. Baron Stressmann seorang ahli burung berkebangsaan Inggeris pada tanggal 24 Maret 1911, menemukan dan memberi nama ilmiah pada burung Jalak Bali yaitu Leucopsar rothschildi, yang diberi nama sesuai dengan nama Walter Rothschild seorang pakar hewan dari Inggris yang pertama kali menyusun deskripsi spesies burung pada tahun 1912.

      Jalak Bali sebagai salah satu burung eksotis di Indonesia, sering menjadi incaran para kolektor burung maupun pemburu liar demi mengejar harga mahal burung ini. Populasi burung Jalak Bali saat ini sangat terancam kepunahan, habitatnya yang mulai terganggu oleh pemukiman masyarakat, maupun lalu lalang masyarakat di sekitar habitat Jalak Bali. Diduga Jalak Bali ini hanya tinggal belasan ekor saja di alam bebas.

      Untungnya keadaan kritis Jalak Bali ini mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia, yaitu dengan ditetapkannya burung Jalak Bali ini sebagai burung yang dilindungi oleh undang-undang. Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970 dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Jalak Bali merupakan satwa yang dilarang diperdagangkan, kecuali dari hasil penangkaran dari generasi ketiga (indukan bukan dari alam). Hal lain yang menggembirakan adalah dengan mulai maraknya penangkaran burung Jalak Bali ini di pulau Jawa oleh para penangkar burung. Dengan begitu kehidupan Jalak Bali ini dapat dipertahankan dan dihindari dari kepunahan.  Salah satu penangkaran didirikan di Buleleng, Bali sejak tahun 1995.

      sumber:
      • singbird-collection.blogspot.com
      • alamendah.wordpress.com
      • gemawirausaha.blogspot.com
      • wikipedia
      • dan sumber lain
      artikel terkait:

      Senin, 27 Agustus 2012

      10 Burung Yang Berbahaya

      Di dunia tempat tinggal kita ini seperti yang kita ketahui banyak dihuni berbagai jenis burung, dari yang berukuran kecil sampai sangat besar. Beberapa yang berukuran lumayan besar ternyata memiliki karakter yang galak atau ganas, sehingga dikategorikan sebagai burung berbahaya. Berbahaya bagi binatang lain di sekitarnya, dan kadang bisa juga membahayakan bagi manusia. Karena burung-burung ini memiliki sifat sangat agresif dan suka menyerang siapapun yang berada di sekitarnya, termasuk manusia.

      10. Rhea
      Rhea
      by: animaladay.blogspot.com
      Ini adalah burung yang berukuran besar dan tidak dapat terbang. Rhea ini asli Amerika Selatan, merupakan burung besar yang dapat tumbuh mencapai berat 60-80 kilogram. Sekilas burung ini mirip burung Unta, tetapi berbeda, walaupun masih memiliki hubungan kerabat. Berukuran lebih kecil dari burung Unta dan tidak seagresif Kasuari.

      Rhea memiliki kaki berotot yang sangat kuat, memiliki taji keras pada kaki kedua kaki dan juga tendangan yang sangat berbahaya, yang memiliki kekuatan sebesar 800 pon. Tendangan ini dapat membuat hewan lain atau manusia mengalami cedera serius.


      9. Vulture
      Vulture
      by: thebuzzonhr.com
      Burung ini sangat berbahaya jika berada dalam posisi terpojok. Seekor burung Vuture (saat ini mulai terancam punah). Burung Vultures ini dapat mendesis atau membuat suara mendengus yang menyeramkan untuk mempengaruhi mental musuh yang menjadi saingan mencari makanan, termasuk terhadap manusia yang dianggap sebagai gangguan. Burung ini memiliki paruh melengkung tajam yang bisa merobek dan mencabut daging. Selain itu burung ini memiliki penglihatan 2 kali lebih tajam dari burung Elang.






      8. Eagle (Elang)
      Eagle
      by: allinfodir.com
      Elang adalah binatang yang kuat (mampu membawa sesuatu seberat 4 pon). Burung Elang ini sangat agresif. Walaupun mereka tidak terlalu berbahaya bagi manusia di alam liar. Tetapi di dalam ruangan yang terbatas, cakar dan paruh mereka dapat mencederai manusia dan mengakibatkan luka robek yang dalam, serta daging yang tercabut. Burung ini mampu makan daging setengah kilo dalam waktu 4 menit). Burung Elang ini memiliki penglihatan yang sangat tajam, mampu melihat mangsa yang berukuran kecil seperti tikus atau kelinci pada ketinggian 500 meter.




      7. Hawk
      Hawk
      by: squidoo.com
      Burung ini sebagai burung pemangsa berukuran besar, memiliki cakar tajam dan paruh kuat yang digunakan untuk berburu, serta memiliki kecepatan dan kelincahan. Burung ini bisa memberikan bahaya yang sangat serius bagi manusia. Burung ini bisa merobek, melubangi dan mencabut daging dengan mudah dari tubuh mangsa dan manusia. Bahkan burung ini pun bisa mematahkan tulang belakang dari mangsanya, termasuk manusia. Burung ini tidak memiliki rasa takut terhadap apapun, bahkan apabila ada seekor burung Elang yang telah mendapatkan mangsanya, maka dengan mudah burung ini akan merampas secara paksa dari burung Elang.

      6. Falcon
      Falcon
      by: animals.howstuffworks.com
      Burung Falcon ini, sebenarnya masih berkerabat dengan Hawk dan Eagle, tetapi tidak memiliki rasa takut terhadap apapun dan lebih agresif dari kedua sepupunya tersebut. Di alam liar burung Falcon akan menyerang kedua sepupunya ini apabila bertemu. Burung ini terbang lebih tinggi dari Hawk dan Eagle, sehingga kehadirannya sering tidak diketahu oleh mangsa-mangsanya. Burung ini akan menukik turun dengan kecepatan yang sangat tinggi, bisa mencapai kecepatan tertinggi 300 km/jam. Sehingga si mangsa tidak menduga kehadiran burung Falcon ini, yang secara tiba-tiba telah mencengkeram tubuh sang mangsa.
      Tidak terkecuali kehadiran manusia pun tidak membuat takut burung ini. Sering terjadi, hewan peliharaan seperti kucing, kelinci dan anak anjing yang sedang bermain di halaman rumah pun menjadi santapan empuk burung Falcon ini.

      5. Owl
      Owl
      by: dicts.info
      Owl atau burung Hantu adalah termasuk raptor, predator, atau burung pemangsa yang menakutkan. Terbang dalam kegelapan secara diam-diam dan langsung menyergap mangsa tanpa mengetahui kehadirannya yang secara tiba-tiba. Burung ini menggunakan cakar dan paruh untuk membunuh, menangkap dan memakan mangsanya. Burung ini akan sangat berbahaya apabila berada dalam ruangan yang tertutup, dan merasa terancam atau sedang stres dan gelisah, yang bisa sangat berbahaya terhadap kehadiran manusia di sekitarnya.


      4. Seagulls
      Seagull
      by: photo.net
      Seagull, atau burung Camar sangat agresif dan terkenal suka menyerang dan mematuk kepala orang-orang untuk melindungi sarang dan anak nya. Bahkan, orang-orang Inggris terpaksa membawa payung untuk menghindari serangan itu. Pernah satu kejadian seorang wanita dibawa ke ruang gawat darurat karena mengalami luka menganga pada kepala, akibat serangan burung Seagull ini, karena serangan dari paruh tajam burung ini. Bahkan burung Seagull ini sanggup membunuh anjing peliharaan. Pada beberapa kasus anjing-anjing peliharaan di pesisir pantai banyak yang dibunuh oleh burung Seagull ini.

      3. Canada Goose
      Canada Goose 
      by: en.wikipedia.org
      Canada Goose, atau Angsa Kanada sangat agresif. Walau kita berfikir cuma seekor angsa, Tetapi jangan coba-coba mendekati Angsa Kanada ini, apalagi bisa berada dekat  dengan sarang burung ini, maka dengan gerak yang sangat gesit, burung ini akan marah dan langsung mengejar, bahkan menyerang, mematuk dan menggigit siapapun yang mendekati sarang burung ini.








      2. Ostriches
      Ostriches
      by: articlesweb.org
      Burung unta adalah burung gugup dan bisa sangat berbahaya. Mereka merupakan burung terbesar yang masih ada (mereka bisa tumbuh mencapai tinggi 3 meter dan berat lebih dari 350 pon). Kecepatan burung Unta ini berlari sangat cepat, bisa mencapai 30 mil per jam selama 10 mil. Burung Unta ini memiliki kaki yang kuat serta tendangan yang sangat luar biasa, dan bisa membunuh seekor Hyena. Kaki burung Unta ini juga memiliki cakar yang sangat tajam, mampu memberikan banyak lubang dan cakaran pada tubuh binatang lain yang dianggap mengganggu ketenteraman mereka. Paruh burung Unta ini yang dianggap paling menakutkan, karena dengan sekali patukan pada kepala manusia, akan dengan mudah memecahkan tengkorak kepala manusia.

      1. Cassowaries
      Cassowaries
      by: birds.catchsmile.com
      Kasuari, sebuah spesies langka yang saat ini terancam punah. Burung ini memiliki ukuran tubuh besar yang hidup di hutan hujan, hutan dan rawa di Australia. Burung Kasuari tidak bisa ditebak, sangat agresif dan terkenal karena kaki besar mereka, yang bisa dengan mudah mencakar bahkan merobek tubuh manusia. Tendangan burung Kasuari ini pun mampu memecahkan tulang, dan cakar burung ini bisa disamakan dengan pisau yang sangat tajam. Pada beberapa kasus di Australia, burung Kasuari ini pernah beberapa kali mencederai serius manusia, bahkan sampai membunuh manusia dengan kondisi yang mengerikan. Burung ini terlihat tenang, bahkan seperti jinak terhadap kehadiran manusia, tetapi begitu kita mendekati burung ini, kadang-kadang secara tiba-tiba tanpa kita sadari burung ini menyerang dengan secara membabi-buta. (lihat video kasus Kasuari menyerang manusia)

      sumber:

      Hermit Trush, si Punglor Kembang Amerika

      Hermit Trush di Florida
      Punglor Kembang Amerika ? tentunya agak aneh kedengaran ya, rupanya di Amerika ada juga Punglor Kembang. Bukan sekedar ada, tetapi keluarga Turdidae sangat banyak jenisnya di benua Amerika ini. Salah satunya ya.. sepupunya Punglor Kembang (Zoothera interpres) yang di Indonesia, yaitu Hermit Trush dengan nama ilmiah Catharus guttatus.

      Catharus gutattus ini memiliki ukuran tubuh menengah dan terdapat di Amerika Utara. Walaupun di Amerika banyak spesies Catharus yang bermigrasi ke wilayah ini, tetapi tidak terdapat hubungan antar spesies. Hermit Trush ini justru lebih berkerabat dengan Mexican Russet Nightingale-thrush keluarga Catharus dari Mexico.

      Ukuran tubuh spesies ini sekitar 15-17 cm, memiliki warna putih gelap di daerah bawah sayap. Catharus dewasa berwarna coklat di bagian atas, dengan ekor kemerahan. Burung ini memiliki kaki berwarna pink dan di sekitar mata terdapat cincin berwarna putih. Di daerah timur Amerika, burung ini berwarna lebih zaitun-coklat pada bagian atas, sedangkan di daerah barat lebih abu-abu kecoklatan.

      Habitat Catharus untuk berkembang biak di hutan campuran di Kanada, Alaska, Amerika timur laut dan bagian barat Amerika. Sarang berbentuk cangkir di dekat tanah atau relatif rendah di pohon. Pada musim dingin burung ini bermigrasi ke Amerika Serikat bagian selatan, bahkan sampai ke Amerika Tengah, tetapi sebagian bertahan tetap di wilayah utara Amerika Serikat, tepatnya di daeah pesisir negara bagian dan selatan Ontario. Biasanya burung ini berkembang biak di hutan, tetapi sering juga ditemukan membuat sarang di taman kota.


      Burung ini pada umumnya mencari makan di tanah mencari cacing di bawah lapisan tanah gembur. Burung ini juga memakan serangga dan buah-buahan seperti buah berry.

      Burung Hermit Trush ini memiliki kemampuan bernyanyi (berkicau) dengan sangat baik, seperti jenis-jenis Punglor (Anis) lainnya. Kicauannya sangat halus menyerupai flute. Nada awal agak tinggi, kemudian turun beberapa fase nada dalam kunci minor, kemudian beberapa saat akan diulang dengan variasi yang berbeda-beda (ngeroll). Burung ini sering berkicau pada tempat yang tinggi dan terbuka.
      Keunikan lain burung ini, burung ini juga suka bernyanyi di malam hari. (lihat video Hermit Trush)

      Di Indonesia juga terdapat beberapa burung mirip Hermit Trush, tetapi berbeda spesies, yaitu Punglor Kembang (Zoothera interpres) dan Punglor Macan (Zoothera andromeda), yang memiliki karakter suara yang mirip, merdu dan sama-sama enak di dengar. Sayangnya Hermit Trush ini, sepertinya bakalan tidak akan pernah masuk ke pasar burung di Indonesia, mengingat wilayah hidupnya yang sangat jauh.

      sumber:

      Jumat, 24 Agustus 2012

      7 Burung Eksotis di Indonesia

      Cendrawasih Biru
      Cendrawasih Biru atau dalam nama ilmiahnya Paradisaea rudolphi adalah sejenis burung cendrawasih berukuran sedang, dengan panjang sekitar 30cm, dari genus Paradisaea. Daerah sebaran Cendrawasih Biru terdapat di hutan-hutan pegunungan Papua Nugini bagian timur dan tenggara, umumnya dari ketinggian 1.400 meter sampai ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut.


      Cendrawasih Merah
      Cendrawasih Merah atau dalam nama ilmiahnya Paradisaea rubra adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang sekitar 33cm, dari marga Paradisaea. Endemik Indonesia, Cendrawasih Merah hanya ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten Raja Ampat, provinsi Irian Jaya Barat.




      Merak Biru
      Merak Biru atau Merak India, yang dalam nama ilmiahnya Pavo cristatus adalah salah satu burung dari tiga spesies burung merak. Merak Biru mempunyai bulu berwarna biru gelap mengkilap. Burung jantan dewasa berukuran besar, panjangnya bisa mencapai 230cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang berwarna hijau metalik. Populasi Merak Biru tersebar di hutan terbuka dengan padang rumput di India, Pakistan, Sri Lanka, Nepal dan Bhutan. Sebelumnya spesies ini ditemukan juga di Bangladesh, namun sekarang kemungkinan besar telah punah di sana.


      Jalak Bali
      Jalak Bali atau dalam nama ilmiahnya Leucopsar rothschildi adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang lebih kurang 25cm, dari suku Sturnidae. Endemik Indonesia, Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat pulau Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali, dimana pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna provinsi Bali. Keberadaan hewan endemik ini dilindungi oleh undang-undang.






      Cekakak-Hutan Melayu
      Cekakak-Hutan memiliki suara yang unik dan khas. Pada umumnya, mereka bersuara keras. Siulannya meninggi dan berbunyi "kwii-kwii...". Uniknya, setiap siulan tersebut dihasilkan sekitar satu nada per detik. Burung jenis ini tinggal di dalam hutan dan berburu dari tenggeran rendah. Tidak seperti suaranya yang keras, burung ini ternyata agak pemalu. Mereka hanya mencari mangsa dari atas tanah dengan membalik-balikkan daun-daunan.


      Nuri Merah Biak
      Nuri Merah Biak, atau Nuri Sayap Hitam, yang dalam nama ilmiahnya Eos cyanogenia adalah sejenis burung Nuri berukuran sedang, dengan panjang sekitar 30cm, dari suku Psittacidae. Endemik Indonesia, Nuri Sayap Hitam hanya ditemukan di habitat hutan di pesisir pulau Biak dan pulau-pulau di Teluk Cenderawasih, Papua. Spesies ini sering ditemukan dan bersarang di perkebunan kelapa.






      Kakatua Raja
      Spesies ini hidup pada ketinggian 0-1520 meter dari permukaan laut, biasanya berkelompok. Kakatua pada umumnya berusia panjang, hingga mencapai 60 tahun bahkan lebih. Kakatua menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi dan tepi hutan; juga hutan monsun (Nusa Tenggara), hutan yang tinggi bersemak, semak yang pohonnya jarang dan lahan budidaya yang pohonnya jarang. Dari permukaan laut sampai ketinggian 900 m (Sulawesi), 1520 m (Lombok), 1000 m (Sumbawa).





      artikel terkait: