Senin, 31 Desember 2012

Hwa Mei

Burung Hwa Mei, yang pada beberapa tahun yang lalu merupakan burung yang disukai para penggemar burung di Indonesia, bahkan Malaysia, Thailand dan Singapur. Burung ini termasuk salah satu burung "dahsyat", yang memiliki suara yang "menggelegar" dan memekakkan telinga. Selain itu burung Hwa Mei ini juga memiliki banyak variasi suara dengan lantunan dan pengulangan yang panjang, yang menurut istilah penggemar burung sebagai "ngerol". Sedangkan suara pemanggil berupa suara sempritan panjang yang khas.

Tapi pada beberapa tahun terakhir ini, burung yang berasal dari negeri China ini seperti menghilang dari pasaran, bahkan kelas nya pada setiap lomba pun nyaris tidak ada lagi. Kemana burung ini ?

Menurut penuturan beberapa penggemar burung, sejak ada wabah flu burung yang diawali dari China, maka burung-burung yang berasal dari daratan China sepertinya tidak diperbolehkan lagi masuk ke Indonesia, bahkan dari daratan China nya sendiri tidak diperbolehkan keluar dari negeri China. Sehingga burung-burung yang berasal dari China pada masa dahulu membanjiri pasar burung Indonesia, seperti Hwa Mei, Robin, Poksay, Sam Ho, San Ma dan lain-lain, saat ini sudah semakin langka ditemukan di pasar-pasar burung Indonesia. Kalaupun ada ditemukan beredar di pasar burung, biasanya itu adalah sisa-sisa dari burung-burung masa lalu. Penangkaran ? sepertinya burung-burung yang berasal dari China ini pun, agak sulit ditangkarkan, mungkin sudah ada yang berhasil, tapi tidak banyak, dan belum bisa diproduksi secara besar-besaran.

Hwa Mei atau Garrulax canorus, dari keluarga Passerine berasal dari Asia Timur. Nama Hwa Mei berasal dari bahasa China "Hua Mei", yang berarti "alis dicat", atau "alis berwarna". Di Indonesia populer dengan nama Hwa Mei, Wambi atau Wambe.

Klasifikasi:
kelas:Aves
ordo:Passeriformes
family:Timaliidae
genus:Garrulax
species:Garrulax canorus

terakhir, karena ditemukan di Taiwan, burung sejenis dan serupa yang memiliki genus Leucodioptron, maka genus dipindahkan menjadi:
genus:Leucodioptron
species:1. Leucodioptron canorum, dari China (Chinese Hwa Mei)
2. Leucodioptron taewanum, dari Taiwan (Taiwan Hwa Mei)


Sebelumnya dari daratan Taiwan, terdapat species Leucodioptron taewanum yang dianggap sebagai sub species dari Garrulax canorus, tetapi baru-baru ini dinyatakan sebagai spesies yang terpisah. Berdasarkan studi b sitokrom mitokondria gen, Li et al. (2006) menyatakan bahwa 2 spesies menyimpang sekitar 1,5 juta tahun yang lalu dengan 2 subspesies Cina Hwamei divergen sekitar 600.000 tahun yang lalu

Akhir-akhir ini genus Garrulax dipindahkan ke genus baru yaitu genus Leucopdioptron, yang terdiri dari 2 species, yaitu:

Chinese Hwa Mei
Leucodioptron canoru
1. Leucodioptron canorum, sebelumnya sempat dimasukkan ke dalam genus Turdus, tapi berubah menjadi genus Garrulax. Lalu kemudian dinyatakan sejenis dengan Leucodioptron taewanum, tetapi berbeda secara signifikan dalam bulu, morfometrik dan genetika, dan untuk beberapa tingkatan dalam suara. Species ini terdiri dari 2 sub species, yaitu:
  • ssp canorum, Linnaeus, 1758 - China (Gansu, Shaanxi, Hubei, Henan dan Jiangsu ke Yunnan, Guangxi dan Guangdong), juga Laos dan Vietnam.
  • ssp owstoni, Rothschild, 1903 - Hainan. Burung ini pada tubuh bagian bawah lebih pucat dan lebih berwarna zaitun pada bagian punggung.

Taiwan Hwa Mei
Leucodioptron taewanum
2. Leucodioptron taewanum, secara signifikan berbeda dalam bulu, morfometrik dan genetika, serta suara dengan species Leucodioptron canorum.Species ini adalah monotypic.
    Burung Hwa Mei berukuran tubuh antara 21 sampai 25 cm panjang dengan luas, sayap bulat dan ekor berbentuk kipas. Bulu didominasi warna coklat kemerahan dengan steak gelap di bagian belakang, mahkota dan tenggorokan. Sebuah cincin putih di sekitar mata yang membentang mundur sebagai garis putih

    Perawatan:
    Burung Hwa Mei memiliki sifat figther yang tinggi, sehingga mendengar suara Hwa Mei dari kejauhan pun akan langsung membuat burung ini bereaksi dengan mengeluarkan suara-suara dahsyatnya. Burung ini termasuk burung yang tidak sulit perawatnnnya, hanya saja yang perlu dijaga adalah mengontrol tingkat birahinya dalam kondisi normal. Keadaan tidak birahi membuat burung ini malas berbunyi, sehingga para penggemar burung suka menggandeng burung ini dengan Hwa Mei betina sekali-sekali agar tingkat birahinya tetap terjaga. Tapi apabila terlalu birahi juga tidak baik burung ini, karena akan menyebabkan burung gampang putus alias patah mental, dan biasanya apabila sudah begini akan susah memulihkan mentalnya. Selain itu dalam tingkat birahi yang tinggi juga akan membuat burung ini malas berbunyi. Perawan harian, cukup mandi di keramba pada pagi hari, dan setelah itu extra fooding jangkrik 2 sampai 3 ekor, dan dijemur di tempat yang tinggi selama 2 - 4 jam. Sore hari juga perlu mandi untuk mendinginkan suhu tubuhnya, serta mengontrol birahinya agar tidak turun ataupun berlebihan.

    sumber:

    Minggu, 30 Desember 2012

    Cucak Biru

    Cucak Biru
    Burung Cucak Biru (Irena puella), yang dalam bahasa Inggrisnya bernama Asian Fairy-bluebird, adalah suatu jenis burung pemakan buah-buahan dan serangga kecil, yang merupakan burung lokal Indonesia. Tersebar di beberapa wilayah Indonesia, seperti di Jawa, Sumatra dan Kalimantan. Burung ini memiliki beberapa nama, seperti Cucak Biru di pulau Jawa dan Ambasan di pulau Kalimantan. Selain di Indonesia, burung ini juga terdapat di pulau Palawan Filipina.

    Beberapa orang mencoba memelihara burung ini, tapi banyak juga yang gagal membuat burung ini bunyi atau berkicau. Tapi tidak sedikit yang berhasil mencetak burung ini menjadi burung yang rajin berkicau. Burung Cucak Biru juga memiliki suara yang indah dan penuh variasi. Suara burung ini banyak memiliki karakter suara tembakan dan juga memiliki variasi suara yang cukup banyak. Mungkin bila dirawat oleh tangan yang tepat, burung ini akan sanggup bersaing dengan burung-burung kicauan lain yang lebih populer.

    Penggemar burung memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang burung ini. Ada yang mengatakan burung ini mirip cucak hijau, tapi ada juga yang mengatakan burung ini mirip punglor. Tapi burung Cucak Biru ini tidak memiliki hubungan kerabat sama sekali dengan burung dari jenis punglor atau dari keluarga Turdidae maupun dari keluarga cucak hijau (Chloropsidae). 
    Bagi para peneliti burung ini dianggap terkait dengan kutilang (Pycnonotidae) tetapi memiliki beberapa karakter dari drongos (Dicruridae) atau Cuckoo-shrikes (Campepahagidae, Austin & Singer 1961), studi biokimia menyarankan hubungan dekat dengan bushshrikes, helmetshrikes dan vangas dalam Sibley & s Alquist (1990), diperluas dengan kumpulan corvine. Sibley & Monroe (1990) sempat dihubungkan dengan Cuckoo-shrikes tetapi juga termasuk 6 spesies leafbirds (genus Chloropsis) di keluarga Irenidae yang menjadi pilihan mengesampingkan Chloropsidae dan pendekatan yang diikuti oleh Clements (1991). Akhirnya menganggap terpisah antara Irenidae dan Chloropseidae.

    Klasifikasi:
    • Kelas:    Aves
    • Ordo:     Passeriformes
    • Family:   Irenidae
    • Genus:    Irena
    • Species:  Irena puella, (Latham, 1790)

    perbedaan Cucak Biru
    jantan (kiri) dan betina (kanan)
    Burung Cucak Biru ini memiliki ukuran agak besar, sekitar 24 sampai 27 cm panjang. Mata berwarna merah serta kelopak mata berwarna merah muda. Sang jantan berwarna biru laut cerah pada bulu atas, yang dikombinasikan dengan warna hitam dan bagian ujung ekor berwarna hitam. Sedangkan betina didominasi oleh warna biru muda. Sehingga mudah membedakan antara burung Cucak Biru jantan dan betina. 

    Burung Cucak Biru dari genus Irena ini memiliki kerabat, yaitu:
    • Irena cyanogastra (Philippine Fairy-bluebird), berasal dari Filipina. Memiliki warna yang lebih gelap dari Irena puella
    • Irena cyanea malayensis, yang berasal dari Semenanjung Malaysia, dimana memiliki corak warna yang hampir sama dengan Irena puella, hanya memiliki ukuran tubuh sedikit berbeda.

    Irena cyanogastra
    Philippine Fairy-bluebird
    Cucak Biru Filipina
    Irena puella
    Asian Fairy-bluebird
    Cucak Biru Indonesia
    Burung Cucak Biru, tersebar mulai dari Sri Lanka, India, kepulauan Andaman dan Nikobar, Asia Tenggara seperti di Indochina, Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Palawan Filipina, dan pulau-pulau terdekat yang lebih kecil. Burung ini berhabitat pada hutan cemara dari bukit-bukit dan dataran, tetapi di tempat lain itu biasa dalam berbagai jenis hutan lembab di dataran rendah hingga sekitar 300 sampai 1.600 m di atas permukaan laut.

    Burung Cucak Biru dari species Irena puella, memiliki beberapa sub species, yaitu:
    • ssp puella, Latham, 1790 - India, China Selatan, Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Vietnam.
    • ssp andamanica, Abdulali, 1964 - Kepulauan Andaman dan Nicobar.
    • ssp malayensis, F. Moore, 1854 - Malaysia.
    • ssp crinigera, Sharpe, 1877 - Indonesia di pulau Sumatra (kepulauan sebelah barat), Bangka, Belitung dan Borneo.
    • ssp turcosa, Walden, 1870 - Indonesia di pulau Jawa.
    • ssp tweeddalei, Sharpe, 1877 - Filipina Barat (Calamians, Palawan, Balabac).

    Sedangkan Cucak Biru dari species Irena cyanogastra, terdiri dari:
    • ssp cyanogastra, Vigors, 1831 - Luzon, Polillo dan Catanduanes.
    • ssp ellae, Steere, 1890 - Samar, Leyte dan Bohol.
    • ssp hoogstraali, Rand, 1948 - Dinagat dan Mindanao.
    • ssp melanochlamys, Sharpe, 1877 - Basilan.
     
    Bersarang pada ranting kecil di pohon yang tinggi, terkadang yang sudah berlumut. Jumlah telur biasanya sebanyak 2 butir berwarna putih kehijauan ditandai dengan corak warna coklat. 


    Dalam pemeliharaan burung ini, tidak lah sulit, karena dengan perawatan biasa, cukup dengan buah-buahan setiap hari serta diselingi dengan jangkrik yang berukuran sedang sebanyak 2 ekor, dan juga kalau bisa mandi di keramba setiap pagi, dan menjemurnya sekitar 2 jam, dan akan membuat burung ini rajin berkicau sepanjang hari. Burung ini menyukai suasana embun pagi, oleh karena itu alangkah baiknya apabila burung ini dikeluarkan pada pagi sekali.

    sumber:

    Jumat, 14 Desember 2012

    Punglor Buru

    Punglor Buru
    Punglor Buru, atau Zoothera dumasi, adalah satu lagi burung punglor dari genus Zoothera, yang berasal dari daerah kepulauan Maluku, tepatnya di pulau Buru, kabupaten Maluku, Indonesia.

    Ternyata bukan cuma orang-orang dari Maluku saja yang pintar nyanyi, seperti Melly Goeslaw, Bob Tutupoli, Yopie Latul dan lain-lain, burung-burung yang berasal dari daerah Maluku ini pun pintar-pintar bernyanyi, alias berkicau, salah satunya Zoothera dumasi, atau yang dikenal dengan nama Punglor Buru atau Anis Buru.

    Sekilas Punglor Buru ini terlihat dari depan mirip dengan Punglor Kembang (Zoothera interpres), tapi kalau dilihat dari belakang mirip dengan Punglor Cendana (Zoothera peronii). Jadi tidak heran, kalau pada awalnya orang mengira burung ini merupakan hasil peranakan silang dari Punglor Kembang dan Punglor Cendana.

    Dari segi suara, burung ini memiliki volume sedang, tapi beberapa, ada juga yang bersuara keras (nyaring). Kemampuan berkicau burung ini juga termasuk oke lah, artinya cepat menangkap suara-suara burung lain atau burung master. Selain itu, suara dasar burung ini pun sangat bervariasi, tidak kalah dengan sepupu-sepupu lainnya, seperti Punglor Cendana, Punglor Kembang, Punglor Macan dan Punglor Merah. Dalam kata lain, enak didengar dan dinikmati.

    Di pasaran, seperti di pasar-pasar burung di pulau Jawa, burung ini sangat susah ditemui. Kalaupun ada, sudah pasti harganya pun tergolong mahal. Dengar-dengar dari teman, katanya para kolektor burung di Surabaya dan Jakarta, sudah ada yang memiliki burung Punglor Buru ini. Hanya saja informasi tidak menjelaskan, apa burung Punglor Buru ini sudah layak disertakan dalam lomba/ kontes, atau masih dalam taraf didikan.

    Di kampung halamannya, atau di habitatnya, burung Punglor Buru ini berdiam di dataran tinggi, di daerah dekat dengan sungai-sungai di pedalaman. Bagi masyarakat di pulau Buru, burung ini juga termasuk burung yang mereka jaga habitatnya. Sehingga burung ini aman dari kepunahan, dan terlindungi dari serbuan para pencari burung dari pulau Jawa.

    Punglor Buru, menyukai makanan serupa dengan sepupu-sepupunya, seperti cacing, jangkrik, belalang, krto dan jenis ulat-ulatan. Burung ini juga menyantap buah-buahan, seperti pisang, pepaya dan lain-lain. Perawatan, tidak jauh berbeda dengan jenis-jenis Zoothera lainnya, termasuk harus agak berhati-hati, karena burung ini juga termasuk burung yang mudah stres, apabila dirawat tidak dengan sepenuh hati.

    sumber:

    Kamis, 13 Desember 2012

    Link Exchange/ Tukar Link

    Teman-teman yang suka bertukar link, kalau mau, ayo kita bertukar link.

    Mungkin dengan jalan ini kita bisa bersama-sama meningkatkan Page Rank blog kita.

    Bagi teman-teman yang berminat silahkan copy kode link di bawah ini.


    <a href="http://planetburung.blogspot.com/" target="_blank">Planet Burung</a>


    Setelah di copy, buka dan paste-kan di kotak gadget HTML/Javascript, tempatkan di mana kamu mau, lalu simpan. Kemudian isi komen di kotak komentar di bawah dengan menyertakan url blog kamu, nanti pasti kami pasang link yang kamu berikan.

    Ok, trims ...
    Salam kenal, salam kicau dan sukses bersama!

    ook_like

    Kamis, 06 Desember 2012

    Punglor Enggano

    Punglor Enggano
    Punglor Enggano atau Anis Enggano. Mungkin saja bagi sebagian kecil penggemar burung, khususnya yang di pulau Jawa, dan Sulawesi, nama Punglor Enggano masih terasa asing. Tapi bagi kalangan penggemar burung di Sumatra burung ini lumayan dikenal.

    Punglor Enggano, memiliki nama ilmiah Zoothera leucolaema (Enggano Trush), hidup dan tersebar di pulau Enggano, yang terletak di pulau Enggano, sebelah barat pulau Sumatra, atau di sebelah barat kota Bengkulu.

    Burung Punglor Enggano ini adalah burung endemik pulau Enggano yang berada di provinsi Bengkulu, walaupun kadang-kadang terlihat juga 1 atau 2 ekor berkeliaran di hutan Bengkulu pulau Sumatra. Tapi daerah aslinya adalah di pulau Enggano.

    Dilihat dari bentuk fisik burung Punglor Enggano ini, sekilas mirip dengan Punglor Kembang (Zoothera interpres), tetapi di bagian daerah dada lebih putih bersih. Ukuran tubuh sedang, seukuran dengan Punglor Kembang, sehingga kadang-kadang burung ini disebut juga sebagai Punglor Kembang Enggano.

    Kemampuan berkicaunya, menurut penggemar burung di Bengkulu, perbandingan 12 - 12 dengan Punglor Kembang, alias memiliki kemampuan yang sama hebatnya. Kecerdasan juga dimiliki burung ini, sehingga mudah menangkap suara-suara burung master yang ada di sekitarnya. Hanya saja, burung ini sangat sensitif terhadap suara-suara yang keras, lalu lalang manusia, mobil dan motor serta perawatan yang terkesan sembarangan.

    Mungkin dengan perawatan yang baik, serta dengan melatihnya di tempat-tempat keramaian, bisa membuat burung ini mampu bersaing dengan sepupu-sepupunya yang lebih populer di pulau Jawa.

    sumber foto: singbird-collection

    Punglor Cendana

    Punglor Cendana
    Punglor Cendana, sekilas mendengar nama cendana, bukan berarti burung ini milik keluarga cendana. Tentu tidak ada hubungan sama sekali.

    Punglor Cendana merupakan nama burung dari jenis Punglor/ Anis yang berasal dari daerah Flores dan Timor Leste, yang memiliki nama ilmiah Zoothera peronii.

    Awal kehadiran burung ini dianggap dingin, dan tidak terlalu mengejutkan di dunia kicauan Indonesia, karena sekilas mirip dengan jenis Punglor Kening/ Punglor Kayu (Turdus obscurus). Ternyata ketika mendengar burung ini berkicau, maka sangat mengejutkan karena kemampuan berkicau burung ternyata sangat baik, sehingga membuat harga burung ini pun langsung melonjak dan bersaing dengan sepupu-sepupunya yang sudah lebih dahulu malang melintang di kancah perburungan Indonesia, seperti Punglor Kembang dan Punglor Merah.

    Punglor Cendana ini terdiri dari 2 subspecies, yaitu:
    • Zoothera peronii peronii (Vieillot, 1818), tersebar di pulau Rote dan Timor Barat.
    • Zoothera peronii audacis (Hartert, 1899), tersebar di Timor Leste, Wetar, Romang dan Babar.

    Dilihat dari bentuk postur, Zoothera peronii memiliki bentuk mirip Punglor Merah dan Punglor Macan, dan juga mirip dengan Punglor Kening/ Kayu. Dugaan orang pertama sekali, bahwa burung ini merupakan silangan dari burung Punglor Macan, Punglor Merah dan Punglor Kening/ Kayu.

    Kemampuan berkicau burung ini tergolong istimewa, karena dengan mudahnya akan mencerna suara-suara lain di sekitarnya, sehingga tidak sulit untuk menambahkan variasi suara lain ke burung ini. Dari segi volume, juga bisa diandalkan untuk bersaing di kelasnya, karena dengan memiliki yang lumayan keras, sehingga di beberapa kelas dapat membuat para juri menoleh ke burung ini untuk sekian lama.

    Bagi para penggemar burung kicauan, burung ini dianggap istimewa, hanya saja dari beberapa komentar, mengatakan bahwa yang kurang sreg dari burung ini, adalah gayanya yang suka "nungging". Jadi walau burung ini bersuara "indah", tapi gaya dan penampilan dianggap "kurang menarik". Kebanyakan penggemar burung membandingkan dengan gaya Punglor Merah yang sangat populer dengan gaya :"teler" nya. 

    sumber fotosingbird-collection