Selasa, 02 Juli 2013

3 Species baru dalam Genus Copsychus

Copsychus, adalah genus yang populer di Indonesia, beberapa species dari genus ini tetap menjadi favorit bagi para penggemar burung, seperti Copsychus saularis (Kacer Dada Putih), Copsychus sechellarum (Kacer Hitam) dan Copsychus malabaricus (Murai Batu).

Terdapat 3 species baru berada dalam genus Copsychus. Hal ini sebenarnya bukanlah berarti ditemukannya species baru, melainkan pemisahan beberapa sub-species menjadi species tersendiri. Para ahli melakukan beberapa revisi untuk 2 sub-species dari Copsychus malabaricus, dan 1 sub-species dari Copsychus saularis, yang akhirnya memastikan 3 sub-species menjadi species tersendiri. Genus Copsychus sendiri sebelumnya berada di bawah family Turdidae, kemudian dialihkan ke dalam family Muscicapidae.

Berikut klasifikasi terakhir 2012:
- class:    Aves
- ordo:     Passeriformes
- family:   Muscicapidae
- genus:   Copsychus


Seperti yang selama ini diketahui bahwa keluarga Copsychus terdiri dari 7 species, yaitu:
  1. Copsychus saularis (Oriental Magpie Robin/ Straits Robin), Kacer Hitam Putih
  2. Copsychus sechellarum (Seychelles Magpie Robin), Kacer Hitam
  3. Copsychus albospecularis (Madagascar Magpie Robin), Kacer Madagascar
  4. Copsychus malabaricus (White Rumped Shama), Murai Batu
  5. Copsychus luzoniensis (White Browed Shama), Murai Filipina
  6. Copsychus niger (White Vented Shama), Murai Hitam Filipina
  7. Copsychus cebuensis (Black Shama). Murai Cebu

Sedangkan penambahan species baru tersebut, adalah:
  • Copsychus albiventris (Andaman Shama), Murai Andaman
  • Copsychus mindanensis (Philippine Magpie Robin), Kacer Filipina
  • Copsychus stricklandii (Strickland Shama or White Rumped Shama), Murai Strickland

Berikut sedikit penjelasan tentang ke 3 species baru Murai tersebut:

1. Copsychus albiventris (Andaman Shama), Murai Andaman
(pic: kolkatabirds)
Burung ini sebelumnya dikenal sebagai sub-species dari Copsychus malabaricus, yaitu Copsychus malabaricus ssp. albiventris. Tapi saat ini burung ini telah dipromosikan menjadi suatu species tersendiri dengan nama Copsychus albiventris.
Dari segi postur, suara serta karakter Copsycus albiventris, memang tidak terlalu jauh berbeda dengan Copsychus malabaricus, hanya saja burung ini memiliki bentuk tubuh dan ekor yang pendek. Mungkin hal ini yang membuat para ahli, memisahkan jenis ini menjadi suatu species tersendiri.




2. Copsychus mindanensis (Philippine Shama), Kacer Filipina
(pic: twearth)
Burung ini juga sebelumnya dikenal sebagai salah satu sub-species dari Copsychus saularis, atau lebih dikenal dengan Copsychus saularis ssp. mindanensis. Saat ini telah menjadi suatu species tersendiri dengan nama Copsychus mindanensis.
Dari segi postur, karakter dan suara juga tidak berbeda jauh dengan Copsychus saularis,  tapi para ahli rupanya memiliki pendapat tersendiri, sehingga memisahkan jenis ini menjadi suatu species tersendiri.



3. Copsychus stricklandii (Strickland Shama or White Rumped Shama), Murai Strickland
(pic: pbase)
Burung yang satu ini, telah lama dikenal di Indonesia, karena memang banyak terdapat di pulau Kalimantan Indonesia dan Sabah Malaysia.  Di Indonesia burung ini memiliki beberapa nama, seperti Murai Kepala Putih, Murai Haji, dan lain-lain. Burung ini sebelumnya merupakan salah satu sub-species dari Copsychus malabaricus, yaitu lebih dikenal dengan nama Copsychus malabaricus ssp stricklandii. Saat ini para ahli telah memisahkan burung ini menjadi suatu species tersendiri, yaitu Copsychus stricklandii. Dari segi postur burung ini memang agak berbeda dengan jenis Copsychus malabaricus pada umumnya. Burung Copsychus stricklandii ini memiliki bentuk tubuh yang agak bulat, ekor pendek serta suara yang lebih monoton dibanding jenis Murai lainnya.




sumber:

    Decu si Mungil yang Dahsyat

    Decu (Saxicola caprata) atau Pied Buschat, si burung kecil yang memiliki postur sekilas mirip Kacer. Burung ini pernah populer di Indonesia karena memiliki suara yang tidak kalah hebatnya dengan burung kecil lainnya seperti Tledekan, Kenari, Sirpu dan lain-lain.

    Burung Decu, berhabitat di padang terbuka, seperti padang rumput, persawahan, atau tepi hutan yang terbuka. Devu tersebar di Asia Barat dan Asia Tengah hingga ke Asia Selatan dan juga di Asia Tenggara.
    Decu memiliki karakter yang periang dan suka berkicau. Ukuran tubuh sekitar 13 cm, didominasi warna hitam dengan kombinasi putih pada sayap dan bagian bawah perut. Sedangkan betina berwarna coklat. Burung muda Decu berwarna coklat muda dengan pola bintik-bintik.

    Di habitatnya, burung Decu hidup dekat perkampungan di tempat terbuka. Suka bertengger di ranting kecil semak-semak dan memakan serangga kecil. Apabila sedang berkicau atau gelisah, burung ini sering menegakkan ekor. Sarang biasanya dibuat pada tanah yang miring, seperti tebing-tebing sawah. Terbuat dari potongan rumput berbentuk cawan cekung dilapisi dengan serat-serat akar halus. Telur sebanyak 2 sampai 4 butir, berwarna biru agak putih dengan bintik dan bercak merah jambu, ungu dan coklat.

    Keberadaan burung Decu saat ini diperkirakan hampir punah, terutama di pulau Jawa. Menurut informasi yang didapat bahwa burung Decu juga terdapat di pulau Sulawesi dan Kalimantan, tapi yang terdapat di pulau Kalimantan memiliki corak warna yang berbeda dengan Decu yang ada di pulau Jawa.

    Decu (Saxicola caprata) memiliki 16 sub species, yaitu:

    1. Saxicola caprata ssp rossorum
     (pic: Jhon A. Thompson; ibc)
    ssp rossorum (Hartert, 1910): Iran bagian timur-laut, Kazakhstan selatan bagian tengah, ke selatan sampai Afghanistan; saat musim dingin bermigrasi ke Asia bagian barat-daya (vagrant di Arab dan Israel).








    2. Saxicola caprata ssp bicolor
    (pic: Prabhakar Manjunath; ibc)
    ssp bicolor (Sykes, 1832): Iran bagian tenggara, Pakistan dan India bagian utara; saat musim dingin bermigrasi ke India bagian tengah.









    3. Saxicola caprata ssp burmanicus
    (pic: Alain Fossé; ibc)
    ssp burmanicus (Stuart Baker, 1922): India bagian tengah dan tenggara ke timur sampai Myanmar dan Cina bagian selatan (Sichuan selatan, Yunnan), ke selatan sampai Thailand dan Indochina.









    4. Saxicola caprata ssp nilgiriensis
    (pic: Vasanthan p.j.; ibc)
    ssp nilgiriensis (Whistler, 1940): India bagian barat-daya.










    5. Saxicola caprata ssp atratus
    (pic: Eldert Groenewoud; ibc)
    ssp atratus (Blyth, 1851): Sri Lanka.












    6. Saxicola caprata ssp caprata
    (pic: Devkinandan; ibc)
    ssp caprata (Linnaeus, 1766): Filipina Utara (Luzon dan Mindoro) dan Indonesia (Sulawesi dan Jawa).









    7. Saxicola caprata ssp randi
    ssp randi (Parkes, 1960): Filipina bagian tengah (Panay, Negros, Cebu, Bohol, Siquijor).

    8. Saxicola caprata ssp anderseni
    (pic: Daniel Jimenez; ibc)
    ssp anderseni (Salomonsen, 1953): Leyte dan Mindanao, di Filipina bagian timur dan selatan.










    9. Saxicola caprata ssp fruticola
    (pic: Josep del Hoyo; ibc)
    ssp fruticola (Horsfield, 1821): Jawa ke timur sampai Flores dan Alor.












    10. Saxicola caprata ssp francki
    ssp francki (Rensch, 1931): P. Sumba.

    11. Saxicola caprata ssp pyrrhonotus
    ssp pyrrhonotus (Vieillot, 1818): Sunda kecil bagian timur (Wetar, Kisar, Timor, Savu, Roti).

    12. Saxicola caprata ssp albonotatus
    ssp albonotatus (Stresemann, 1912): Sulawesi (kecuali semenanjung utara) dan P.Salayer.

    13. Saxicola caprata ssp cognatus
    (pic: Josep del Hoyo; ibc)
    ssp cognatus (Mayr, 1944): P. Babar.







     


    14. Saxicola caprata ssp belensis
    ssp belensis (Rand, 1940): Pulau Papua barat bagian tengah.

    15. Saxicola caprata ssp aethiops
    ssp aethiops (P. L. Sclater, 1880): Pulau Papua bagian utara dan Kep.Bismarck.

    16. Saxicola caprata ssp wahgiensis
    ssp wahgiensis (Mayr & Gilliard, 1951): Pulau Papua timur bagian tengah dan timur.



    sumber: